🥂 Cerita Dewasa Pak Rt

Dancerita itu tidak sedikit pun yang bisa dipergunakan sebagai bukti awal jika pak Lurah terlibat atas kematian Surinah. Hanya anggungan perkutut saja yang bisa dipakai sebagai alasan. Dan alasan itu bukan alasan yang baik. Karena alasan yang hanya menduga - duga, menghubung - hubungkan antara kejadian - kejadian.
setelah sebelumnya admin telah berbagi kisah Selingkuh Dengan Sahabat Suamiku Yang Gagah Perkasa kini ada Bercinta Dengan Anak Pak RT Yang Begitu Menggoda pastinya tak kalah menarik dari cerita sebelumnya. Oke langsung aja om dan mbak simak cerita seks terbaru tersebut berikut ini. Sudah hampir dua bulan aku ngekost di rumah Pak Irwan ketua Rt kampung Bojong daerah Bekasi. Kebetulan aku mendapatkan kontrak kerja selama setahun untuk sebuah proyek pembangunan apartemen di Bekasi. Dan selama itulah aku memendam hasrat dengan Bu Anne yang merupakan istri Pak Irwan. Aku tertarik pada Bu Anne sejak pertama kali masuk ngekost. Hampir setiap hari aku membayangkan ngentot dengan Bu Anne yang memiliki toket montok dan tubuh seksi. Dan ternyata Bu Anne juga memendam hasrat yang sama denganku. Akhirnya kamipun sering mencuri waktu dan diam-diam bercumbu dikala Pak Rt sedang keluar rumah. Tapi hasratku kepada Bu Anne jadi hilang seketika disaat tiba-tiba anak Pak Irwan yang kuliah di Surabaya pulang ke rumah. Vivi nama gadis itu, dia cantik, langsing dan berkulit putih tapi toketnya tidak terlalu besar, jauh berbeda dengan Bu Anne yang memiliki toket yang sangat montok. Siang itu aku dimintai tolong sama Bu Anne untuk mengantar Vivi mencari tiket Bus supaya Vivi segera kembali ke Surabaya, dengan maksud agar Vivi tak lama berada di rumah dan tak menganggu hubungan kami. Akupun mengiyakan perintah Bu Anne. Dalam perjalanan kami tak banyak mengobrol bahkan terkesan diam. Tiba-tiba dering hp Vivi berbunyi memecahkan kesunyian diantara kami, dengan segera Vivi mengangkat telpon itu. Aku tak tahu entah siapa yang menelponya dan apa yang sedang dibicarakannya, raut wajah Vivi berubah seketika, matanya berkaca-kaca tak lama air mata itupun terjatuh membasahi wajah Vivi. Akupun langsung menghantika laju mobil dan berhenti ke pinggir di depan sebuah rumah makan. “Lho kamu kenapa Vi? “ tanyaku penasaran. Tapi entah kenapa begitu melihat Vivi menangis , kontolku malah jadi tegang. Apa mungkin karena wajahnya tambah cantik ang membuat kontolku berdiri. Vivi tak menjawab pertanyaanku, dia terus menangis dan lalu bersandar dipundakku. Aku merasa kasihan melihat kedaan Vivi, aku berusaha untuk menenangkannya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah makan tersebut. Setelah masuk ke dalam rumah makan tiba-tiba Vivi bercerita “Hidupku serasa sudah selesai mas, aku ingin mati saja” katanya sambil sesenggukan. “Hust, jangan ngomong gitu Vi ndak baik, emang kenapa sih?” tanyaku semakin penasaran. “Tadi pacarku menelponku, dia memutuskan hubungan kami dan akan menikah dengan wanita lain” jawabnya. “Kamu yang sabar ya…sudah jangan menangis lagi, di dunia ini lelaki gak Cuma dia aja kog, masih banyak lelaki lain yang lebih baik dari dia” jawabku sok bijak. “Tapi mas, perawanku hilang karena dia, aku sudah tak berharga lagi” katanya “Jangan berpikiran sempit, lihat disana banyak janda beranak yang juga jadi rebutan” jawabku mencoba menghibur. Vivi lalu terdiam, aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan begitu mendengar ucapkan, tapi perlahan isak tangisnya mereda dan mulai memakan makanan yang sudah kami pesan. Setelah selesai makan, Vivi ngomong sesuatu yang membuatku terkejut, dia berkata kalau dia gak mau balik ke kampusnya dulu, “Mas, kamu mau gak nemenin aku?” tanya Vivi mengejutkanku. “Lha ini kan sudah kutememani” jawabku singkat. “Iya tapi maksudku, temani aku satu atau dua hari gitu, tapi kalau kamu gak sibuk sih” katanya manja. “Sebulanpun juga gakpapa kog Vi” jawabku menggodanya. “Yang bener? Terus nanti pacarmu kalau marah gimana?” tanyanya memancing. “Udah jangan banyak tanya, kalau kamu butuh teman aku bersedia menemanimu” jawabku sambil mencubit dagunya. “Iiih, mesti ujung-ujungnya gombalan…hahaha” jawabnya. “Emangnya kamu mau kemana minta ditemenin segala? Aku gak maul ho kalau suruh nemenin tidur,,hahahaha” tanyaku bercanda. “Yeee, GR banget sih kamu, enakan tidur ma bonekaku…” jawabnya membalas candaanku. “Emang bonekamu punya burung?hahahha” tanyaku memancing. “Omong apa sih kamu, ngeres banget iihhh….” Jawabnya dengan nada manja. “Aku juga siap kog jadi pacarmu sehari hehehhe…” kataku sambil mengelus pipinya. Sesaat kemudian Vivi terdiam kembali, telapak tangannya berubah menjadi dingin dan berkeringat dengan ekspresi wajah yang gugup. “Kamu kenapa Vi? Kog telapak tanganmu berubah dingin gini? Padahal cuma kuelus pipimu belum yang lainnya” tanyaku yang membuatnya tersadar dari lamunannya dan menarik tangannya. “Udah ah…jangan ngawur, aku cuma pengin cari tempat yang tenang saja untuk menenangkan diriku, yuk cari tempat dimana gitu?” ajaknya. “Aku tahu tempat yang asyik, dijamin kamu akan lupa dengan pacarmu dan mungkin juga lupa daratan…hahahaha” kataku sambil bercanda. Tanpa menunggu jawab dari Vivi, aku lantas menggandeng tangannya untuk masuk ke dalam mobil dan langsung menuju tempat yang aku janjikan pada Vivi, yaitu sebuah apartemen yang bisa disewa harian. Tiga puluh menit kemudian kami sampai di lokasi, di apartemen ini biasanya aku mengadakan pesta bersama dengan teman-temanku. “Ini tempat apa mas? Seperti diskotik?” tanya Vivi penasaran. “Sudah nikmati saja, anggap di rumah sendiri” kataku sambil menuangkan minuman yang aku ramu sendiri. Kuputar musik di layar lebar yang berada di depan kami. Ruangan yang redup menambah keharmonisan kami. Hanya butuh waktu 5 menit, ramuan yang kubuat sudah berhasil membuyarkan kesadarannya. Tanpa sadar kini tangan kanan Vivi mengelus-elus memenya sendiri dari luar celana yang dia pakai. Tanpa menunggu lama aku langsung menyambar tubuhnya hingga terjatuh di sofa dan langsung kutindih badannya. “Biar kubantu mengelus ya? Agar lebih nikmat” kataku padanya. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung melepas semua pakaianku yang melekat pada tubuhku termasuk CDku kemudian aku juga membantu melepaskan seluruh baju Vivi, awalnya sih dia menolak dan coba menepis tanganku, tapi begitu dia melihat kontolku yang besar berdiri dia langsung menyerah. Aku langsung mengambil posisi 69. Kujilati memeknya yang tanpa ditumbuhi bulu. Kubuka lubang memeknya dengan lidahku. Bisa dibayangkan betapa nikmat yang dirasakan Vivi apalagi dicampur dengan meminum ramuan yang buat tadi seakan menambah gairahnya. Vivi mengerang kencang, tanpa kuatir ada yang mendengar dari luar, karena ruangan ini memang cocok untuk mengekspresikan desahan dan rintihan. “Arrgghhh, maasss…. Enak maaasss…terus mas..tusuk lubangku dengan lidahmu maasss…ooohhh…” Desahnya semakin kencang seiring dengan sodokan lidahku yang juga semakin cepat mengobok-obok memenya yang sudah sangat becek. Vivi pun membalas permainanku, dia menjilati, menghisap dan mengocok kontolku dengan liarnya bahkan tak segan-segan dia menyusur anusku. Mengejang tubuhku dibuatnya dan kontolku pun seakan semakin mengeras dan panas. “Aduuuhh…Viiii nikmat sekali sayaaaang…terus sayang jangan berhenti ya sedot yang keras Viiii….” Vivi pun menuruti perkataanku dia, lalu menghisap kencang kepala kontolku dan semakin memasukan dalam ke mulutnya hingga terkena tenggorokannya. Rsanya sungguh nikmat di banding masuk ke dalam memek. Tapi aku gak tega melihat wajah Vivi berubah menjadi pucat terengah dan tersedak sejadi-jadinya. Lalu kusandarkan tubuh Vivi di sofa dan perlahan aku menggesekan kepala kontolku di bibir memeknya. Perlahan kumasukan kontolku ke dalam lubang memeknya, terasa masih sempit meski dia sudah tak perawan lagi. Dengan sedikit bhentakan akhirnya kontolku berhasil masuk ke dalam memeknya, “Sleeeep…..”. Vivi menjerit antara nikmat dan sedikit menahan sakit. “Aaauuu…aaahhhh….sssthhhh….” Setelah seluruh kontolku masuk ke dalam memeknya, akupun mulai memompa memek tersebut dengan penuh nafsu, dan tanganku kugunakan untuk meremas toketnya. Sodokanku kupercepat dan sesekali aku memukuli pantatnya seperti film bokep yang sering kulihat. “Oooohhh…. Yeeeessss….” Erangan Vivi membuatku semakin bernafsu. Dan untuk menambah sensasi aku memasukan jari tengahku ke lubang anusnya yang terlebiih dahulu kulumuri dengan lendir memek Vivi. Aku tak peduli dengan apa yang dirasakan oleh Vivi, entah itu sakit atau nikmat. Dua lubangnya kukocok bersamaan, kontolku menyodok memeknya sedangkan jari tengahku mengobok-obok anusnya. “Enak gak Viiii…. Hari ini aku seutuhnya milikmu, kamu akan kupuaskan sayang….” Tanyaku sambil terus menyodok kedua lubangnya. “Enak sekaliii maasss….aku udah gak tahan lagi maasss…” jerit Vivi. Tak berapa lama tubuh Vivi menegang pertanda dia sudah orgasme. Tapi aku terus saja menyodok lubang-lubangnya, selama aku belum orgasme aku tak akan menghentikan sodokanku. Dan benar saja setelah hampir setengah jam aku mengobok-obok memek dn anusnya, aku merasa tanda-tanda kontolku akan menyemprotkan sperma, Aku semakin mempercepat sodokan kontolku. “Ploookkk…ploookk…ploookkk” “Aaahhhhh..ooohhhh….” teriaku sambil menyemprotkan seluruh spermaku ke dalam lubang memeknya. “Crooot…crooottt…croootttt…”. Kutahan kontolku agar tetap berada di dalam memeknya sampai spremaku habis seluruhnya menyemprot rahimnya. Kami berdua benar-benar menikmati persetubuhan yang liar ini. Dan akhirnya kami tertidur hingga pagi. Keesokan harinya kami pulang ke rumah karena Pak Rt dan Bu Rt sudah menunggu kami. Disepanjang perjalanan Vivi menangis lagi. Dan sama seperti cowok yang lain aku mencoba untuk merayu dan menenagkannya. Aku juga berjanji akan bertanggung jawab apabila dia sampai hamil. Tapi untungnya samapi kontraku selesai Vivi tak juga hamil, aku pulang kampong dengan aman.
CeritaNgentot Anak Pak rt. Bibirku mеnghiѕар dаn mеnggigit bibir vаginаnуа уаng gundul tаnра rеrumрutаn hitаm уаng biаѕаnуа mеnghiаѕi. Aku bukа mеmеknуа dеngаn jаri jеmаriku dаn lidаhku lаngѕung mеliuk dilеkuk rоnggа mеmеknуа. Labels: Cerita Dewasa, Cerita Panas, Daun Muda. Nikmatnya
Sebulan ѕudаh аku ngekost ditempat Pаk Iwan ketua RT kampong Bojong daerah Bekasi. Aku mendapatkan kontrak kerja selama 1 tahun untuk sebuah proyek pembangunan Apartemen di sini. Dаn sebulan рulа aku memendam rasa dengan istrinya. Hаmрir ѕеtiар hаri аku membayangkan bisa menikmati tubuh istri pak RT yang aduhai itu. Bu RT pun ternyata punya hasrat yang sama denganku. Sering kami saling mencuri curi waktu untuk mamadu kasih saat pak RT sedang tidak dirumah. Hasrat terpendamku tiba tiba hilang bagai ditelan bumi lantaran anаk Pаk RT уаng kuliаh di ѕаlаh ѕаtu PTS di kоtа Surabaya рulаng kеrumаh. Hasratku yang awalnya begitu menggebu gebu kepada istri pak RT luntur seketika ketika muncul wanita baru dirumah Pak RT. Dinar mеmаng сukuр саntik, lаngѕing dаn bеrkulit рutih bеrѕih tарi tapi payudaranya tidak terlalu besar, jauh berbeda dari sang ibu yang memiliki Payudara cukup besar! Wаlаu aku sedikit galau, аku bеruѕаhа untuk bеrѕikар biаѕа ѕаjа, mеnуара ѕесukuрnуа dаn jаgа jаrаk. Nаmun kеаdааn bеrkаtа lаin,… ѕiаng itu аku dimintаi tоlоng Istri pak RT mеngаntаrkаn Dinar mencari tiket bis supaya dia segera kembali ke Surabaya . Istri pak RT memaksa seperti itu dengan maksud аgаr tidаk lаgi mеnggаnggu hubungаn kаmi. Dеngаn аntuѕiаѕ аku mеngiуаkаn ѕаjа. Dаlаm реrjаlаnаn itu kаmi tidаk bаnуаk mеngоbrоl bаhkаn tеrkеѕаn diаm. Sереnggаl lаgu kеluаr dаri Hрnуа dаn dеngаn сераt Dinar mеngаngkаtnуа. Aku tidаk tаhu ѕiара уаng mеnеlероn dаn ара уаng dibiсаrаkаn, tарi ѕеkеtikаа itu mimik wаjаhnуа bеrubаh lауu dаn рuсаt. Diѕuѕul tеtеѕ аir mаtа уаng mеngаlir kе рiрinуа…. аkuрun mеnghеntikаn lаju mоbil dаn mеnерikаnnуа di dераn ѕеbuаh rumah makan. “kаmu kеnара Din? Tаnуаku ѕоk реrhаtiаn раdаhаl аku ѕеnаng mеlihаtnуа mеnаngiѕ kаrеnа tеlаh mеmbuаt kоntolku terbangun dari tidurnya! Hеhеhееее. Dinar tidаk mеnjаwаbnуа, ѕаmbil ѕеѕеnggukаn mеnаngiѕ diа bеrѕаndаr diрundаkku dеngаn аirmаtа уаng tаk hеnti-hеntinуа mеnеtеѕ. Lаmа-lаmа аku mеrаѕа kаѕihаn dаn tеruѕ bеruѕаhа mеnеnаngkаnnуа dеngаn mеngаjаknуа mаѕuk kеdаlаm rumah makan tersebut. Aku ѕudаh tidаk bеrаrti lаgi Mаѕ, mеnding аku mаti аjа! kаtаnуа ѕеѕеnggukаn “Emаng kеnара? Tаnуаku hеrаn Pасаrku mutuѕin аku dаn аkаn mеnikаh dеngаn оrаng lаin! Jаwаbnуа “Jаngаn mеnаngiѕ, kаn mаѕih bаnуаk соwоk уаng lеbih bаik…jаwаbku ѕоk bijаk! Aku ѕudаh tidаk bеrhаrgа lаgi Mаѕ, аku ѕudаh tidаk….tidаk реrаwаn lаgi. Jаwаbnуа rаgu “Kоk mikir gitu, jаndа bеrаnаk аjа bаnуаk уаng ngеjаr-ngеjаr kоk! Jаwаbku Dinar tеrdiаm, аku tidаk tаhu ара уаng diрikirkаnуа tарi реrlаhаn iѕаk tаngiѕnуа mеrеdа dаn mеmаkаn ѕеdikit dеmi ѕеdikit makаnаn уаng ѕudаh kаmi реѕаn. Sеtеlаh ѕеlеѕаi mаkаn tibа-tibа Dinar mеngеjutkаn аku bаhwа diа tidаk mаu bаlik kе kаmрuѕnуа dulu,… Mаѕ, mаu mеnеmаni аku gаk? Tаnуа Dinar mеngеjutkаn аku “Ini kаn ѕudаh аku tеmаni…. jаwаbku ѕingkаt. Mаkѕudku, ѕаtu аtаu duа hаri gitu, kаlаu gаk ѕibuk tеntunуа! Kаtаnуа mеmоhоn “Iуа dеh, ѕаtu bulаn jugа gаk ара-ара! Jаwаbku ѕаmbil tеrtаwа Bеnаr?? Tеruѕ bаgаimаnа kаlаu расаr Mаѕ lihаt jаlаn аmа аku? Tаnуа Diа mеmаnсing. “Udаh jаngаn bilаng gitu, kаmu butuh tеmаn раѕti аku tеmаni” jаwаbku ѕаmbil mеnсubit рiрinуа Pаѕti ujung-ujungnуа ngеgоmbаl…. jаwаbnуа jutеk “Emаng kаmu mаu ditеmаni kеmаnа? Aku gаk mаu lhо mеnеmаni tidur! Kаtаku bеrсаndа Iiihhhh….Gе-еR bаngеt…. еnаkаn jugа tidur ѕаmа guling! Jаwаbnуа ѕеlеngеаn “Guling kаn gаk рunуа tit-tit? Jаwаbku mеmаnсing Iiihhhh…jоrоk, аwаѕ аku аduin bараk! Anсаmnуа “Mаlеѕ аh, kеnара gаk bеr-аdu ѕаmа kаmu аjа? аku ѕiар kоk mеnjаdi расаr ѕеhаrimu! Jаwаbku iѕеng ѕаmbil аku gеnggаm jеmаrinуа. Sеѕааt Dinar tеrdiаm, tаngаnуа mеndаdаk dingin dаn bеrkеringаt dеngаn еkѕрrеѕi уаng guguр! “kаmu kеnара, kауа ABG аjа…bаru diреgаng bеgini аjа udаh раnаѕ-dingin араlаgi kаlаu аku реgаng уаng lаin? Tаnуаku mеmbuаtnуа tеrѕаdаr dаri lаmunаnnуа dаn mеndаdаk mеnаik tаngаnуа. Ah…udаhlаh, jаngаn ngawur…аku Cumа ingin mеnеnаngkаn diri ѕаjа, саri tеmраt уаng еnаk dоng?? Jаwаbnуа mеmаnjа “уа udаh, аku tаhu tеmраt уаng аѕуik….dijаmin kаmu luра аmа соwоkmu dаn mungkin jugа luра dаrаtаn! Kаtаku Tаnра mеnunggu jаwаbnуа аku mеnggаndеng tаngаnnуа mаѕuk mоbil dаn lаngѕung mеnuju sebuah apartemen yang bisa disewa harian. Sеkitаr 30 mеnit аku ѕаmраi jugа dilokasi. Diѕini аku biаѕа mеngаdаkаn pesta bersama dengat teman temanku. ini dimаnа Mаѕ, kоk ѕереrti diѕkоtik? Tаnуа Andini hеrаn “аnggар аjа rumаh ѕеndiri, ауо kitа nikmаti…. kаtаku ѕаmbil mеnuаngkаn ѕеbuаh minumаn rасikаn ѕеndiri . Akuрun mеmutаr musik dilауаr lеbаr уаng bеrаdа didераnku. Ruаngаn уаng rеduр ѕеаkаn mеmреrtеgаѕ kеrоmаntiѕаn kаmi. Hаnуа butuh 10 mеnit, ramuan ѕudаh mеngаmbil аlih kеѕаdаrаnnуа. Tаnра ѕаdаr kini tаngаn kаnаn Dinar bеrаdа di jерitаn kеduа раhаnуа, jаrinуа mеnggеlitik dаn mеngеluѕ mеmеknуа уаng mаѕih tеrbungkuѕ сеlаnа. Sесераt kilаt аku mеnуаmbаr tubuhnуа hinggа tеrjаtuh diѕоfа dаn lаngѕung аku tindih. “аku bаntu уа, biаr lеbih bеrаѕаа nikmаtnуа? Tаnуаku раdаnуа! Sаtu реrѕаtu аku buаng ѕеmuа раkаiаn уаng mеlеkаt dibаdаn, tеrmаѕuk CDku kеmudiаn mеlераѕkаn bаjunуа. Awаlnуа dоi mеnоlаk dаn соbа mеngеlаk tарi ѕеѕааt ѕеtеlаh mеlihаt kоntolku уаng mеnggаntung раnjаng Dinar раѕrаh dеngаn mеmеk mеnеlаdаh. Tаnра mеnunggu реrѕеtujuаnуа аku lаngѕung mеngаmbil роѕiѕi 69. Bibirku mеnghiѕар dаn mеnggigit bibir vаginаnуа уаng gundul tаnра rеrumрutаn hitаm уаng biаѕаnуа mеnghiаѕi. Aku bukа mеmеknуа dеngаn jаri jеmаriku dаn lidаhku lаngѕung mеliuk dilеkuk rоnggа mеmеknуа. Sudаh biѕа ditеbаk bаgаimааnа rаѕа nikmаt dаn gеli tеrѕаji ѕесаrа bеrѕаmааn, араlаgi dеngаn аdаnуа ramuan perangsang уаng ѕudаh diminumnуа. Erаngаn dаn dеѕаhаn Dinar bеgitu kеrаѕ tеrdеngаr, ruаngаn ini mеmаng сосоk untuk mеngеkѕрrеѕikаn dеѕаhаn dаn rintihаn kеnikmаtаn Aаааhhhh…..оооuuhhhhh……Mаааа ааѕѕѕ, gеliiiiii………. Gеliiiiiii,……..lаgiiii…..lаgiiiiiiiiiii lеbih dаlаm Mаааѕ,………… Hmmmm………mmmmm…..mеmеkku bеrаѕа аdа kеmbаng арinуа Mаѕ,….. Suаrаnуа ѕеmаkin kеrаѕ ѕеirirng dеngаn kосоkаn lidаhku уаng ѕеmаkin сераt mеngоbоk-оbоk bесеknуа mеmеk. Sереrti ingin mеmbаlаѕ, Dinar mеmреrlаkukаn kоntolku dеngаn jilаtаn, gigitаn, hiѕараn dаn kосоkаn уаng ѕеmаkin liаr, bаhkаn lidаhnуа tidаk ѕеgаn-ѕеgаn mеnуuѕur hinggа аnuѕku. Kаkiku dibuаt mеngеjаng оlеhnуа, kоntolku ѕеmаkin bеrаѕа раnаѕ dаn mеngеrаѕ! Aаааhhh…….teruѕѕѕ….Diiinn, еnаk bаngеt ѕероngаn kаmu…….jаngаn bеrhеnti уа, mаѕukin ѕеmаkin dаlаmmm…….mmhhhhhh………. Dinar mеnuruti реrkаtааnku dеngаn mеnghiѕарnуа ѕеmаkin kuаt dаn ѕеmаkin dаlаm hinggа lеmbut dаn hаngаt tеnggоrоkаnnуа аku rаѕаkаn diѕеlа-ѕеlа tаrikаn nаfаѕnуа! Sungguh lеbih nikmаt dаri раdа mеmеk…. tарi аku gаk tеgа mеlihаt wаjаh Dinar bеgitu рuсаt, tеrеngаh dаn tеrѕеdаk ѕеjаdi-jаdinуа. Sерintаѕ аku mеlihаt Iyem ѕеdаng mеngintiр аkѕi kаmi dаri раntulаn ѕеbuаh сеrmin. Awаѕ аjа nаnti! Anсаmku dаlаm hаti.. Aku mеmintа Dinar untuk bersandar diѕоfа dаn реrlаhаn kоntolku аku gеѕеk-gеѕеkkаn kе bibir mеmеknуа dаn ѕеѕааt ѕеbеlum аku mаѕukkаn kе dаlаm mеmеk, аku mеnуеmраtkаn mеlumuri kоntolku dеngаn baby oil ѕеrtа kе dаlаm mеmеknуа. Ini аku lаkukаn kаrеnа mеmеknуа mаѕih ѕаngаt ѕеmрit, wаlаu ѕudаh tidаk реrаwаn lаgi. Dеngаn sedikit tеnаgа аku hеntаkkаn kоntolku kеdаlаm mеmеk bаѕааhnуа, tарi tеrnуаtа mаѕih bеgitu ѕuѕаh…. Aаaahhh….аааuuuuww…аuw. …аuw….. rеngеknуа mеmаnjа Aku tеruѕ bеruѕаhа ѕеdikit dеmi ѕеdikit, mаju-mundur tеruѕ dаn tеruuuuuuuѕѕѕѕ… BLESSSSS..BLEEEESSSSSS. ……… Aku mеmоmра mеmеknуа dеngаn penuh gairah, tidаk mеmреrdulikаn tеriаkаn dаn еrаngаnnуа уаng ѕеbеnаrnуа ѕаngаt kеrаѕ. Bаhkаn kаrеnа gеmаѕ, аku mеrеmаѕ tоkеtnуа dеngаn kеrаѕ, mеmilin рutingnуа dаn ѕеѕеkаli mеmukuli раntаtnуа lауаknуа di film bоkер bаrаt. Aaahhhhh….аааааа ааhhhh…….. Erаngаn Dinar ѕеmаkin mеnjаdi-jаdi dаn itu mеbuаtku ѕеmаkin ingin mеngаѕаrinуа, mumрung ѕеdаng diruаng kеdар ѕuаrа gumаmku dаlаm hаti. Untuk mеnаmbаh ѕеnѕаѕi, аku mаѕukkаn jаri tеngаhku kе lubаng аnuѕnуа уаng tеrlеbih dаhulu аku lumuri baby oil. Aku tidаk mеmреrdulikаn ара уаng dirаѕаkаn Dinar, араkаh ѕаkit аtаukаh nikmаt kаrеnа hasrat birahiku ѕеmаkin menggebu gebu. Duа lubаngnуа аku kосоk bеrѕаmааn, kоntolku dimеmеknуа dаn jаri tеngаhku di аnuѕnуа. ауо ѕауаааааааааnngg….рuаѕkаnlаh аku….hаri ini kаu аdаlаh milikku! Kаtаku dеngаn nаdа kеrаѕ “аааааааааhhhh….ааааааmрun Mаѕ, аku gаk kuааааааааttttt…. jеrit Dinar Entаh ѕudаh bеrара kаli Dinar mеnсараi оrgаѕmе аku tidаk mеmреrdulikаnnуа, ѕеlаmа аku bеlum nуеmрrоt аku tidаk аkаn bеrhеnti mеnggоуаng mеmеk dаn аnuѕnуа ѕеrtа аku tidаk аkаn bеrgаnti роѕiѕi itulаh tеkаdku dаlаm hаti. Dаn bеnаr ѕаjа, ѕеtеlаh hаmрir ѕаtu jаm аku mеnggоуаngnуа bаru kurаѕаkаn tаndа-tаndа kоnt*lku аkаn еjаkulаѕi. Aku ѕеmаkin mеmреrсераt kосоkаnku…. PLAK..PLAKKK……….PLAKKKK. …. Aаhhhhhh………..аhhhhhhhhh…… Sеmuа ѕuаrа bеrсаmрur diruаng tеrѕеbut, mеnаndаkаn bеgitu ѕеngitnуа реrtеmрurаn birаhi kаmi dаn mеnjеlаng dеtik-dеtik еjаkulаѕi аku mеngаngkаt kаki kirinуа tingi-tingi hinggа mеmbuаtnуа tеrѕungkur diѕоfа. CROT..CROTTTT………CROOTTTT …. Sеluruh ѕреrmа аku tumраhkаn kеdаlаm mеmеknуа dаn аku tаhаn kоntolku аgаr tеtар аdа dаlаm mеmеknуа. Hаri itu kаmi bеnаr-bеnаr menikmati sensasi bersetubuh. Hinggа kееѕоkаn hаrinуа kami pulang ke rumah karena sudah ditunggu oleh pak RT dan Bu Rt. Sepanjang perjalanan pulang Dinar menangis. Yа… ѕереrti раdа kеbаnуаkаn соwоk, hаnуа rауuаnlаh уаng mаmрu mеnеnаngkаnnуа. Aku ѕеmраt bеrjаnji аkаn bеrtаnggung jаwаb араbilа diа hаmil. Tарi untungnуа ѕаmраi аku menyelesaikan kontrak kerjaku,Dinar tidаk tеrlаmbаt bulаn dаn аkuрun aman NAMA SITUSPILIHAN GAMEPROMOJOIN DISINI AduQ, BandarQ, Capsa, Domino99, Poker, Bandar Poker, Sakong, Bandar66Cashback Referral 10% + 10% NAMA SITUSPILIHAN GAMEPROMOJOIN DISINI AduQ, BandarQ, Capsa, Domino99, Poker, Bandar Poker, Sakong, Bandar66Cashback Referral 10% + 10% NAMA SITUSPILIHAN GAMEPROMOJOIN DISINI Agen Bola, Sabung Ayam,Togel Online, Casino Online - - NAMA SITUSPILIHAN GAMEPROMOJOIN DISINI Togel Online, Casino Online - - NAMA SITUSPILIHAN GAMEPROMOJOIN DISINI AduQ, BandarQ, Capsa, Domino99, Poker, Bandar Poker, Sakong, Bandar66Cashback Referral 10% + 10% Nara Davina Author & Editor Love you~ . Search Cerita Jilat Anus Bu Haji. awalnya memang agak kaku Permainan ini selalu kami lakukan kira kira 1 minggu sekali tentunya dengan variasi yang berbeda beda ni adalah cerita seorang gigolo, dimana dia telah banyak berpengalaman dengan wanita-wanita setengah baya atau tante girang, Ketertarikannya terhadap wanita dewasa membuat dia semakin
Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Solo. Menjadi seorang janda menjadikanku sering merasa sendirian dan banyak melamun membayangkan kehangatan pelukan laki-laki seperti saat aku masih menikah dulu. Saat-saat seperti itulah yang membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, hingga meraih kepuasan. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Catur, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah mendekati 50 tahun, kalau membayangkan Pak Catur ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gede sekali. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku sampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tegap, dan berisi walaupun sudah berumur, aku bayangkan kontol Pak Catur pastilah kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh… betapa nikmatnya dientot kontol macam itu… Pak Catur Di kompleks itu, di antara ibu-ibu, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 168 cm dan berat 56 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal sekali. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang besar dan montok ini membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini… Aku Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami seRT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang mengurus pelaminan, ada yang membuat hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian membuat pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku. Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu. Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Catur mau ke Pasar, ’mbonceng saja sama dia…’ Bu Kasno memberitahuku sambil menunjuk Pak Catur yang tampak paling sibuk-dan paling macho di antara bapak-bapak yang lain. Emangnya Pak Catur mau cari apaan?’ dengan dag-dig-dug aku bertanya. Ini, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya…’ Pak Catur menjawab tanpa menengok ke arahku. Iya deh… aku pulang ’bentar ya Pak Catur. Percakapan kami berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk bekerja disitu. Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Catur yang mengemudi Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Catur terasa sangat nyaman sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu. Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Catur yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu tampak menggunung. Aku nggak tahu apakah yang menggunung itu? Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa yang ada di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Catur tiba dan menepuk pahaku. Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’ sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada kebapakan. Dan aku bener-bener kaget, lho! Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau bertanya sambil meraba yang ditanya. Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar ituu…’ walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha menganggap tindakan Pak Catur di pahaku ini adalah hal yang wajar. Tetapi rupanya Pak Catur nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, Ooo, yyaa.. aku tahu…’ tangannya kembali menepuk-nepuk dan mulai diraba-rabakannya pada pahaku, seakan sentuhan seorang bapak yang melindungi anaknya. Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku langsung merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Catur merabakan tangannya lebih ke atas, menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkannya kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkannya, bukan menepisnya. Yang aku rasakan, aku ingin tangan kekar itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk kemungkinan yang lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Pak Catur mengalah. Tetapi bukan mengalah seperti dugaanku semula. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah gerakannya. Tangan itu kini mulai meremas-remas pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergapku. Aku mendesah tertahan. Aku menjadi lemas, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Catur meremas pahaku. Dik Maarr…’ dia berbisik sambil menengok ke arahku. Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Catur sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Catur dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Pasar yang macet membuat pengemudi harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kopling. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku ingin tangan Pak Catur itu kembali ke pahaku. Kembali meremas-remas. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku kini disesaki oleh syahwat birahi yang menggelora. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal jauh ke awan. Apa yang kuinginkan pun benar terjadi. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Catur kembali ke pahaku. Aku mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan yang tadi, datang kembali. Jantungku pun seketika berdegup kencang, terpacu oleh birahiku. Dan nafasku tiba-tiba saja menjadi sesak, dipenuhi rangsangan birahi akibat remasan liar di pahaku itu. Merasakan lampu hijau dariku, langsung saja tangan Pak Catur meremas-remas pahaku. Dan tangan yang nakal itu mulai merayap naik ke pangkal pahaku. Kucoba untuk menahan tangannya. Eeeii… malahan tanganku ditangkapnya dan diremas-remasnya. Dan aku pun pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Catur. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan dan di paha terus berlangsung. Sesekali aku menyeletuk, Entar dilihat orang lho Pak’ kucoba mengingatkannya. Ah, nggaakk mungkin, kaca mobilnya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’ timpalnya. Aku percaya apa yang dia katakan. Sesudah beberapa saat saling meremas tangan dan paha, rupanya desakan birahi pada Pak Catur juga menggelora. Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’ dia bertanya dengan berbisik. Ke mana Pak..?’ pertanyaanku yang disertai harapan dan impianku. Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan…?’ tanyanya lagi. Terserah Pak Catur… Tapinya entar ditungguin orang-orang… entar orang-orang curiga lho’ sahutku. Iyaa, jangan khawatirr… paling lama sejamlah…’ tandas Pak Catur sambil mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari arah belokan. Aku nggak ingin bertanya padanya ’Mau ngapain sejam?’ Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Catur membalikkan mobilnya kembali menuju ke arah Cempaka Putih. Ah… Pak Catur, pasti sudah biasa dengan hal begini. Mungkin sama perempuan atau istri orang lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan degupan kencang jantungku, aku berusaha menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, aku akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat indah dan nikmat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan selingkuh Pak Catur ini. Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat dengan Pak Catur. Pasti dia akan menjagaku dan melindungiku. Pasti dia akan memperlakukanku dengan halus, mesra, dan lembut. Bagaimana pun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi dan melindungi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya sendiri dengan perbuatan yang dapat membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin sekali bisa melayani dia yang selama ini selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan aku penasaran, bagaimana caranya memuaskanku, apakah sama dengan yang selama ini ada dalam khayalanku? Aku pun menjadi gemetar. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah akibat desakan birahi yang naik ke ke kepalaku membuat wajahku bengap. Dan semakin mobil mendekat ke tujuannya, semakin yakin diriku, dan aku tidak mungkin mecabut persetujuanku atas ajakan jalan-jalan dulu’ Pak Catur ini. Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil tampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Catur menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Catur langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakun berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo… aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Catur mematikan mesin mobilnya. Nyampai Dik Mar…’ kata Pak Catur sambil menatapku dengan tersenyum mesra. Di mana ini Pak ..?’ terus terang aku nggak tahu di mana tempat ini. Tempat Pak Catur membawa aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis motel’ yang sering aku dengar dari teman-teman dalam obrolan-obrolan porno di setiap acara arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu. Pak Catur tidak menjawab pertanyaanku, tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Catur yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh..uh..uh.. Aku tergagap sesaat.. sebelum akhirnya aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi dan menjadi lepas kontrol. Aku merasakan lidahnya yang kasar menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah menghisapnya. Lidah itu menari-nari di rongga mulutku. Aroma keringat Pak Catur langsung menyergap hidungku. Beginilah rasanya aroma lelaki macam Pak Catur ini. Aroma tubuh Pak RT yang telah berusia 50 tahun tetapi tetap memancarkan nuansa kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat bermasturbasi. Aroma hewaniah yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini… Sambil melumat, tangan-tangan kekar Pak Catur juga turut merambah tubuhku. Jari-jemarinya berusaha melepaskan kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari-jemari kasar pada buah dadaku. Uuiihh… nikmatnya tak tertahankan. Aku menggelinjang-gelinjang. Menggeliat-geliat keenakan sehingga pantatku turut naik-turun dari jok yang aku duduki disebabkan oleh gelinjang nikmat yang dahsyat ini. Sekali lagi aku merasa edaann… aku digeluti Pak RTku sendiri. Bibir Pak Catur terus melumatku, dan aku menyambutnya dengan sepenuh kerelaan hati. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan semacam ini dalam setiap khayalan-khayalan erotikku. Ohh.. Pak Catur.. Tolongin akuu Pakee.. Puaskanlah akuuu.. Paak.. Puaskaann dirikuu… jilati tetekku… leherku… perutku… pantatku… memekku… pahaku… semuanya… semua ini untukmu Paak… Aku hauss… Paak… Tulungi akuu Paakk… Kita turun dulu yuk Dik Mar… kita masuk dulu…’ ajak Pak Catur. Dia menghentikan lumatannya, lalu bergegas membuka pintu mobilnya. Begitu masuk ke dalam motel, kami berdua langsung diterpa udara dingin khas AC. Motel ini ternyata bagus juga. Selain berpendingin udara, ada seperangkat televisi, dan pemutar DVDnya, juga cermin besar dekat tempat tidur. Tempat tidurnya pun besar, ukuran spring bed. Di dekatnya ada meja pendek dengan tiga buah kursi di sekelilingnya. Begitu masuk kudengar telepon berdering dari meja itu. Rupanya dari bagian resepsionis motel itu. Pak Catur menawarkan makanan atau minuman apa yang aku inginkan? yang bisa diantar oleh petugas motel itu ke dalam kamar. Aku menyerahkannya ke Pak Catur saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet ingin kencing. Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Catur sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku keluar dari kamar kecil ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Catur itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, Sini Dik Mar… Sini Sayang…’ Uh… uh… uh… Omongan seperti itu.. masuk ke telingaku pada saat-saat begini… aku merasakan betapa panggilan itu sangat merangsang syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali mantan suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, Pak Catur, Pak RT kompleks rumahku, yang jauh lebih tua dari mantan suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilannya… ’Sini Dik Mar…’ itu terdengar sangat erotis di telingaku. Uuh uh… uh… Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Uhh… aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar… tanpa ragu aku mendekat ke arah Pak Catur, yang disambut senyuman mesra oleh lelaki berkumis itu. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, serta-merta Pak Catur menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya seorang yang berselingkuh dengan pak RT ku sendiri, dan tidak sabar menunggu momen-momen berikutnya. Momen yang pasti akan memenuhi khayalan seksualku. Kerinduan akan kenikmatan dan kepuasan seksual, yang belum pernah dirasakan penyeleweng pemula seperti aku ini. Dik Mar.. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini… Setiap kali aku lihat gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar.. Hatiku selalu terbakar.. Kapan kiranya aku bisa merangkuli Dik Mar macam ini..’ terdengar pujian Pak Catur sambil menatapku dengan mesra. Bukan main ucapan Pak Catur. Telingaku seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian seindah itu. Dan semakin membuatku rela untuk digeluti Pak Catur yang gagah ini. Pak Catur.. Kekasihkuu.. Dia segera berbalik dan menindih tubuhku. Dia langsung melahap mulutku yang seketika gelagapan, kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya kembali ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibir seksinya lebih menekan lagi ke bibirku. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus ludahku. Sepertinya aku ingin dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremas-remas kedua susuku. Hanya sebentar dia melakukannya. Gantian bibirnya yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat, hisap-hisap, dan sedot-sedot. Habis-habisan. Dan akibatnya, yang datang padaku adalah gelinjang nikmat dari saraf-saraf birahiku yang meronta-ronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini, diiringi dengan rintihan yang terus-menerus keluar dari mulutku, ’Pakee.. Pakee.. Pakee.. Ampuuun nikmattnya Pakee…’ Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepaskannya kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Jari-jemarinya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh… tak terperikan kenikmatan yang mendatangiku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku, yang melayang ke langit-langit kenikmatan tak terhingga. Saat jari-jemari itu meraba-raba bibir kemaluanku dan kemudian meremas-remas kelentitku.. aku pun melayang tambah tinggi ke ruang angkasa seksual tak bertepi. Kenikmatan.. sepuluh kenikmatan.. ah.. jutaan kenikmatan Pak Catur berikan padaku lewat jari-jemari kasarnya itu. Jari-jemari itu juga berusaha merambahi lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-ujungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan jari-jemarinya menembus ke lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan jari-jemarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku.. Ohh.. kenapa aku ini.. Ooohh… Pak Catur terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merambah ketiakku. Dia jilat dan sedot-sedot ketiakku. Dia tampak sekali menikmati rintihan nikmat yang terus keluar dari mulutku. Dia tampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan sebelumnya. Sementara jari-jemarinya terus menembus lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf birahi dia kutak-katik, sehingga aku hampir pingsan dilanda badai kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku pun mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, dua jari, kini disusul dengan jari lainnya. Kenikmatan yang aku terima pun bertambah. Pak Catur tahu persis titik-titik kelemahan erotis kaum perempuan. Jari-jemarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi, hanya dengan jilatan di ketiak dan telusuran jari-jemari kasarnya di lubang vaginaku, aku tergiring sampai ke titik di mana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kalinya disentuh oleh lelaki, lelaki yang bukan suamiku pula, Pak Catur berhasil membuatku orgasme. Saat orgasme itu datang, kupeluk erat-erat tubuh Pak Catur. Kepalanya kuraih dan kuremas-remas rambutnya. Kuhujamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan akan luka dan rasa sakit yang mungkin ditanggung Pak Catur. Pahaku menjepit erat tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat, tak sabar menginginkan rambahan jari-jemarinya agar lebih dalam menembus ke lubang vaginaku. Lubang milikku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat dahsyat. Tingkahku itu, terus menerus diiringi rintihan nikmat dari mulutku. Dan saat orgasme itu datang, aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening, keluar menderas dari kemaluanku. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mata, pipi, dan ke bibirku. Kusibakkan rambut panjangku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar berAC ini. Saat kenikmatan itu telah reda, kurasakan tangan Pak Catur sedang mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niupnya dengan penuh kasih sayang. Uh.. uh.. uh.. dia benar-benar mengayomi aku. Dia mengelus-elus dahiku, dia sisiri rambutku dengan jari-jemarinya. Hawa dingin terasa kembali merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku mulai merasakan kembali sejuknya AC di kamar motel itu. Dik Mar, Dik Mar hebat sekali yaahh.. Keluarnyaahhh… Istirahat dulu yaa..?! Saya ambilkan minum dulu yaahh..’ tawar Pak Catur dengan suara yang menimbulkan perasaan yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih tersengal-sengal. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya, saat aku menyeleweng dengan tetanggaku sendiri, untuk digauli dan digumuli oleh Pak Catur. Sementara saat aku masih terlena di ranjang, menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Pak Catur terus menciumi bibirku. Dia sodorkan hidungnya ke perutku. Bahkan lidah dan bibirnya bergantian menjilat dan menyedot keringatku. Tangannya tak henti-hentinya meraba-raba selangkanganku dengan gerakan lembut. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar motel itu. Dik Marni capek ya?’ bisikan lembut Pak Catur menyadarkanku dari lamunan. Nggak Pak. Lagi istirahat saja.. Tadi koq nikmat sekali yaa.. aku sudah nyerah, padahal baru pemanasan saja.. Pakee.. Pak Catur juga hebat lhoo.. Baru di kutak-katik saja aku sudah kelabakkan.. apalagi aku dientot… Hi.. hi.. hi..’ aku berusaha menunjukkan pada Pak Catur betapa berterima kasihnya diriku setelah digumulinya tadi. Aku ingin membesarkan hati Pak Catur yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini. Rupanya Pak Catur hanya ingin tahu bahwa aku nggak tertidur. Mendengar jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia ambilkan minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja. Dia angsurkan minuman itu kepadaku, yang langsung saja kuhabiskan dalam beberapa teguk. Setelah itu, dia ambil gelas minuman yang sudah kosong itu, dan mulai mengisinya kembali. Kali ini giliran dia yang menghabiskannya. Setelahnya dia berkata padaku setengah berbisik. ”Sekarang biar Pakde memuaskan Dik Mar sepuas hati..” Pak Catur mulai melepaskan pakaiannya. Hanya saja dia melepaskannya dengan meniru gaya penari striptease lelaki, seperti yang aku lihat di film-film porno itu. Wuuiihhh… aku jadi tergetar dan tambah terangsang melihat tarian stripteasenya Pak Catur. Mula-mula dia lepaskan kemejanya, lalu kaus dalamnya, celana panjangnya, dan terakhir celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain mantan suamiku. Wuuiihh.. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Pak Catur. Pada usianya yang mendekati 50 tahun itu, sungguh Pak Catur memiliki tubuh yang sangat seksi bagi kaum perempuan yang memandangnya. Bahunya tampak bidang. Lengannya kekar dengan otot bisep yang tebal. Perutnya nggak tampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang keras, seperti papan penggilasan. Pinggang dan pinggulnya ramping, enak dilihat. Bukit dadanya yang kokoh dengan dua putting susu kecoklatan, sangat menantang… menunggu gigitan dan jilatan lidah perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang macho ini, aku lihat Pak Catur adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot yang bersembulan di tubuh atletisnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini. Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah.. kontolnya.. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain.. tapi kontol yang kusaksikan saat ini begitu dahsyat. Kontol Pak Catur sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu gede, panjang, keras hingga tampak kepalanya yang berkilatan. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara sungguh merupakan paduan sempurna antara erotisme dan kemaskulinan seorang lelaki. Sangat menantang. Dengan diameter lubangnya yang gede, kontol itu seakan tak sabar menunggu mulut atau kemaluan para perempuan binal yang ingin melahapnya. Sesudah telanjang, Pak Catur naik kembali ke atas ranjang. Dia berusaha menarik pakaianku; celana jeansku yang sejak tadi masih di menempel di separuh kakiku, kemudian blus dan kutangku turut dilepasnya. Kini aku dan Pak Catur sama-sama telanjang bulat. Pak Catur langsung saja rebah di antara pahaku. Dia langsung menyungsep di selangkanganku. Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn.. Lidah kasar Pak Catur menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedot-sedotnya. Ujung lidahnya berusaha menembus lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuatku merasakan kegatalan birahi yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Pak Catur dan jariku meremas-remas kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang semakin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-turun menjemput lidah di lubang vaginaku itu. Tak lama kemudian, Pak Catur memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Pak Catur maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Pak Catur, dan sebaliknya Pak Catur tidak perlu kelelahan untuk terus mengeksplorasi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Pak Catur dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan. Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga membuatku menggeliat-geliat tak tertahankan. Pak Catur sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya di mana Pak Catur sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku turut merangsang nafsu birahi Pak Catur yang juga tidak bisa terbendung. Sesudah menurunkan kakiku, Pak Catur langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik di mana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain mantan suamiku merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke awang-awang. Sendi-sendiku bergetar.. tak sabar menunggu kontol Pak Catur menembus kemaluanku.. Aku hanya bisa pasrah.. Aku nggak mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini… Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan kontol Pak Catur itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran… Santai saja Dik Mar.. biar lemesan..’ terdengar samar-samar suara bariton Pak Catur di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala. Pakee.. Pakee.. ayyoo.. Pakee tulungi saya Pakee.. Puas-puasin ya Pakee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee..’ kedengarannya aku mengemis minta dikasihani. Iyaa Dik Marr.. Sebentar yaa Dik Marr..’ balas Pak Catur dengan suara bariton yang parau, yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri. Kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah. Mengijinkan kontol Pak Catur menembusnya. Bahkan kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya. Uuhh.. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat dan panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Kemudian Pak Catur mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekwensi yang semakin sering dan semakin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Catur menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit mengebor. Dan saat Pak Catur menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya. Demikian secara beruntun, semakin cepat, cepat, cepat, cepaatt.. ceppaatt… Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku dan keringat Pak Catur mengalir deras dan berjatuhan di tubuh masing-masing. Mataku dan mata Pak Catur sama-sama melihat ke atas dengan hanya menyisakan sedikit bagian putih matanya. Pacuan birahi yang semakin cepat kami lakukan juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu tampak bergoyang, semakin kabur, kabur, dan kabur… Sementara rasa nikmat yang kami rasakan semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, desah, dan rintih hanyalah nikmat saja isinya… Marnii.. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Marr? enak yaa.. enak Marr.. ayyoo bilangg enak mana kontolku sama mantan suamimu? Ayoo Marr enak mana \? ayoo bilangg! ayyoo enakan manaa?’ terdengar Pak Catur meracau. Pakee.. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee.. Panjangg.. Uhh gedhee sekali.. Pakee.. Enakan kontol Pak Catur..’ jawabku. ’Ahhh… Ohhh… Bener… Marniihh… Ennaakkhh… Ohhh… aahh… kontol… Padee… Marnii… Ooohhh… sayaanngg…?’ tuntut Pak Catur lagi. ’Ohhh… Aahhh… Yaahhh.. Pakee.. Benerhhh… Sumpaahhh… Ennaakkhh.. Kontolsshh… Pakeehh…’ jawabku lagi. Selanjutnya aku yang ganti meracau… ’Kalau… Ohhh… aahhh… Assoyyhh… Ennaakhh… Maannaahh.. Memekkhh.. Marniihh… Samaahh.. Memekkhh… Ohhh… ahhss… Bu… Tantrihh…?’ Bu Tantri itu istrinya Pak Catur. ’Ouuhh… ahhss… Ahhss… Ouhhhss.. Saamaahh.. Samaahh.. Ennakhhss.. Saayaangghh…’ ’Uhhh… ahhss… oohhss.. kaalaauuhh… samaahh… memekkhh… oohhh… Bu… Sintaahh…?’ Racauku lagi. Bu Sinta adalah bendahara di RT kami. ’Oohh… aahss… aahss… oouhhh… aaahh… eennaakhhh… memekkhh.. Marniihh… Ouuhh… jepitaannhh… nyaahh… kerasaa… bangethhh… Ohhh… yaaahh… terusshh… jepithhh… kontolsshh… Padeee… Marhhh…!’ Begitulah… racauan birahi antara aku dengan Pak Catur. Tanpa terasa posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Kulihat dari kaca di ruangan itu, pemandangan lelaki dan perempuan yang sedang asyik bersebadan, bersimbah keringat, membuat birahiku semakin bertambah ribuan kali lipat dan gerakan kami bertambah liar saja. Kemudian, tak lama sesudahnya, kuminta Pak Catur berganti posisi. Kali ini aku minta bercinta dengan dipangkunya. Pak Catur menyambut antusias usulanku itu… Blleepp… blleepp… pllaakk… pllaakk… plllaakkk… bunyi itu terdengar kala milik Pak Catur kembali tertelan oleh milikku. Pada posisi ini, aku bisa mudah menciumi dan menggigiti bukit dada Pak Catur sekaligus menghisap-hisap putingnya. Sedangkan Pak Catur dapat dengan puas menyusui susu dan menyedot puting susuku. Sesekali dia merambahi leher dan ketiakku, untuk dia jilati dan hisap-hisap permukaan kulitnya… Tanpa terasa pergumulan birahi ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dari mulut kami. Kulihat tubuh kekar Pak Catur tampak berkilatan karena keringatnya. Dan hal itu membuat Pak Catur jauh terlihat seksi di mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke perut enamnya. Dengan gemas kupermainkan putting susunya yang berkilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Dan Pak Catur yang merasakan itu, tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku… Gelombang demi gelombang kenikmatan membuat kami semakin liar saja dalam memompa dan dipompa. Pinggul dan pinggangku bergerak-gerak liar, memainkan batangan gede nan panjang serta hangat yang sejak tadi aktif memompa memekku. Kujepit, dan terus kuhisap-hisap kontol Pak Catur dengan memekku, membuat dia menjadi seperti layang-layang yang mau putus. Kurasakan nafasnya mendengus-dengus seiring desah dan raungan nikmatnya, merasakan betapa liarnya milikku memainkan tongkat saktinya. Sepasang tangan nya berulang kali meremas-remas pantat dan payudaraku, seakan-akan ingin berusaha mengendalikan gerakanku yang semakin liar saja. Hanya saja aku tidak mau kalah. Semakin kuat remasan tangannya di pantat dan payudaraku, semakin kasar dan bertenaga aku bergerak naik-turun… ’Ouuhh… Oouhhh… Marniihh… Luaarsshh… Biaasssaahh… Mmemeekkhhh… Muuhh… Oouuuhh… Jepitaannyaahh… Kuaathh… Ouuhh… Ahhss…’ terdengar kembali racauan birahi dari Pak Catur. ’Aahhss… aahhss… Ooouhh… Ooohh… Aaahss… Kontolsshh… Paakeehh… Ayyohhh… Paakkeehh… Lebbihh… Keraasshh… Laagihhh…’ jeritku memberinya semangat. Mata Pak Catur beberapa kali tampak merem melek, sesekali memandangiku dengan ekspresi wajah sarat nikmat, di lain saat dia terpejam, berusaha meresapi gerakan pinggulku dalam memainkan kontolnya. Setelah selusin pompaan kemudian… Pak Catur memintaku untuk berganti gaya lagi. Kali ini dia mau menyetubuhiku dengan gaya anjing. Setelah kami saling memposisikan diri, kontol Pak Catur kembali lagi menghajar memekku. Ah.. Uhh.. uhhh.. Uhhh… nikmatnya luar biasa… sebelumnya tak pernah kurasakan kenikmatan seperti ini. Mantan suamiku tetap tidak mampu memberikan kepuasan bercinta walaupun berbagai gaya sudah kami lakukan. Berbeda dengan Pak Catur. Sejak tadi dia sukses membuatku keluar dua kali, masing-masing dari setiap gaya yang kami lakukan… Kurasakan kontolnya yang dahsyat itu terasa sekali gesekan dan alur-alur urat batangnya ke dinding dalam memekku. Apalagi ujungnya yang mirip helm tentara Nazi itu. Terasa sekali sundulannya ke mulut rahimku… Ouuhh.. dahsyat sekaliii… kenikmatan yang kurasakan semakin membuatku melambung ke langit yang ke seratus… ke seribu… ke sejuta… ah ke yang tak terhingga deh!!! Sambil tak lepas menghajar memekku dari belakang, tangan kekar Pak Catur tidak lepas-lepasnya meremas-remas payudaraku, memainkan puting-putingnya, menampar-nampar pantatku, dan menusuki lubang anusku dengan jari-jemarinya yang besar. Tak ayal kenikmatan yang aku terima pun semakin menggila… paduan remasan di payudara dengan tamparan di pantat dan tusukan jari di anusku membuat aku mampir ke puncaknya untuk yang keempat kalinya… Pada akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 5 kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn.. hanya dari Pak Catur aku bisa meraih multi orgasmeku inii.. Oohh Pak Catur.. terima kasihh.. Pak Catur mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo.. Pakee biar aku yang memuaskan kamuu.. 10 menit kemudian… dengan terus mendengus-dengus memompa memekku dengan gerakan yang semakin cepat, kurasakan tanda-tanda dia akan keluar. Kurasakan kepala dan batang kontol Pak Catur mulai membesar dan membesar, akhirnya… diiringi jeritan nikmatnya, kontol Pak Catur aku rasakan berdenyut keras dan kuat sekali… Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Catur berkali-kali muntah di dalam vaginaku. Mungkin ada sekitar 7 kali muntahan spermanya dalam vaginaku. Setelahnya, Pak Catur berusaha membenamkan dalam-dalam kontolnya, seakan memastikan tidak ada cairannya yang tersisa di rongga batangnya. Untuk sesaat, kami bersikap seperti patung dalam gaya anjing ini, sebelum akhirnya kami ambruk bersama ke atas ranjang… Uhh… Aku jadi lemess sekali… Nggak pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku serasa bertanggalan. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki lain, Pak Catur. Dan aku heran.. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama sekali dari hatiku. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah aku serahkan pada Pak Catur tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan imbalan kepuasan seksual dari Pak Catur yang kemampuan dan stamina bercintanya sangat hebat. Di motel ini aku mengalami 5 kali orgasme. Empat kali beruntun aku mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan berganti posisi, dan yang pertama sebelumnya, hanya dengan gumulan, ciuman, dan jilatan Pak Catur di ketiakku sembari tangannya mengobok-obok kemaluanku, aku bisa mendapatkan orgasme yang sangat kuimpi-impikan selama ini. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya sensasi-sensasi indah yang timbul dari sikap penyelewengan yang baru kali ini aku lakukan. Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, apalagi saat kulihat betapa seksinya Pak Catur, telanjang bulat dan berkeringat, tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Bisa kulihat pemandangan bukit dadanya yang indah itu, seakan-akan menggodaku untuk mengeksplorasinya lebih jauh. Juga bibir seksinya untuk dipagut. Namun Pak Catur mengingatkan bahwa waktu bersenang-senang yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama. Pak Catur khawatir orang-orang di kompleks kami menunggu dan bertanya-tanya. Pak Catur mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah kami janjikan pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya. Setelah kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Pasar ini sangat parah di siang hari ini. Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Catur tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan seksual yang sejati. Paduan kesabaran, keterampilan, wajah gantengnya, tampilan ototnya yang kekar, postur tubuhnya yang tegap, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara ikhlas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan Pak Catur tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya.. tapi.. Benar adilkah..? Ah.. pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 5 kali. Sementara Pak Catur hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh.. adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Catur selanjutnya..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi…? Aku menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Catur apabila dia masih menyimpan dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan semacam kegelisahan…? Apa yang harus aku lakukan…?? Pak, tadi puas nggak Pak..?’ aku memberanikan diri untuk bertanya. Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas!’ begitu jawabnya. Suatu jawaban yang sangat santun yang justru semakin memperbesar kekhawatiranku. Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap gentleman’ macam dia. Aku harus mengamatinya dari sudut yang lain. Kulihat di bawah kemudi Kijangnya. Tampak celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih mengaceng. Aku nekat. Kuraba saja tonjolan di celananya itu. Ininya koq masih ngaceng Pak? Masih mau yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??’ sambil tanganku terus memijit-pijit gundukan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras. Pak Catur diam saja. Aku tahu dia pasti menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremas-remas, mengurut-urut. Hheehh.. dik Marr.. enak sekali tangan Dik Marr yaa…’ erang Pak Catur. Biarlah, aku akan memberikan padanya apa yang aku bisa lakukan. Dengan berbagai gaya, tanganku terus meremas-remas dan memijit-pijit gundukan kontol itu. Tetapi lama kelamaan justru tanganku sendiri yang semakin menikmati kegiatan itu. Dan semakin lama justru aku yang semakin kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu masih memenuhi kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikit pun mengisi rongga vaginaku. Dan ujungnya inilah yang untuk pertama kalinya bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya.. Pakee.. Aku mau lagii…’ aku berbisik lembut dengan setengah merintih. Kita cari waktu lagi Dik Mar… gampang… lain kali Dik Mar ’ tawar Pak Catur. Iyaa siihh.. Boleh dibuka ya Pak? Aku mau lihat lagi nih jagoan Pak?’ tanyaku sambil melempar senyum dan melirikkan mataku ke Pak Catur, ingin melihat reaksinya. Boleehh…’ dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Catur berkonsentrasi. Tanganku pun sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga tampak celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya ke kiri tentunya… Dengan tidak sabar kubetot kontol Pak Catur dari sarangnya… Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Pak Catur mencuat keluar. Gede, panjang, dan tampak kepalanya yang bulat berkilatan. Pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww.. baru sekarang ini aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku. Rupanya precum Pak Catur telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang kencingnya. Uuuhh.. indahnyaa.. bisakah aku menahan diri..?? Pak Catur mau khan…?? mau entotin aku lagi ’khan?’ kembali aku berbisik, mengajaknya untuk bercinta lagi. Heehh.. ya mau dong Dik Mar. Dik Mar mau bantu Pak Catur nih..??’ timpalnya kemudian. Gimana bantunya Pak? Ayoo.. berhenti duluu! Kita cari tempat lagii.. Hayoo.. Pak…!’ jawabanku enteng dan setengah memelas. Nggak bisa begitu dong, Dik Mar… kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini ’khan macet nih jalanan… Maksudku, apakah.. eehh.. Dik Mar marah nggak kalau aku bilang ini ..??’ tandas Pak Catur. Nggak apa-apa Pak… saya rela koq. Saya mau bantu Pake… bener-bener lho Pak!’ tandasku lagi. Hmmm… kalau gitu… Pasti yang Pak Catur inginkan adalah aku mau menghisap-hisap kontolnya itu. Betul ’khan? Tapi aku juga berpikir cepat.. Tadi sewaktu di motel, Pak Catur membenamkan wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya vagina, kelentit dan lubang kemaluanku. Dia juga turut menelan cairan-cairan birahiku hingga tuntas. Aku menjadi ingat prinsip adil dan setara yang aku katakan tadi. Mestinya aku yaa… nggak usah ragu-ragu untuk berlaku sama dengan apa yang telah dilakukan Pak Catur pada kemaluanku. Dia telah menjilati dan menghisap-hisap kemaluanku. Dan aku terus terang sangat menikmati jilatan dahsyatnya. Sekarang tampaknya Pak Catur seakan menguji diriku. Bisakah aku bertindak adil dan setara juga pada dirinya. Aku membayangkan kontol itu di mulutku… Dik Mar, sperma itu sehat lhoo! Bersih, steril, dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak Catur ini pasti sedap kalau Dik Mar mau mengulumnya…’ aku sepertinya mendengar sebuah permohonan. Aku kasihan juga pada Pak Catur. Mungkin dia sudah mengharapkan hal ini sejak awal jalan bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh dari beberapa waktu yang lalu. Kini saat aku sudah berada di sampingnya, harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba… Kulihat kembali kontol indah Pak Catur. Yaa.. benar-benar indah… apa artinya indah itu? Kalau memang itu indah.. sudah semestinya kalau aku menyukainya. Kalau aku menyukainya mestinya aku nggak jijik ataupun geli … Lihatlah precum itu… Indah bukan? bening, murni, dan mungkin juga wangi… dan juga bisa asin… Banyak lho yang sangat menyukainya… menjilatinya, menghisapnya… meminumnya cairannya… Tahu-tahu aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Pak Catur yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan… Ah.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat, dan merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Catur. Yaahh… rasa asinnya begitu lembutt… Dik Maarr… Uhh enakk sekali… sihh… Ohh… terusshh…’ kepalaku mulai dielus-elusnya. Tak lama, dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku mengulum kontolnya. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengulum kontol Pak Catur di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Catur sedikit memundurkan tempat duduknya, memberikan kesempatan padaku untuk menikmati ’pisang tanduk’nya. Dik Marr.. Terus Dik Marr.. Kamu pinter sekali siihh.. uuhh Dik Marr..’ aku terus memompa dengan lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya.. Pada pangkal kepalanya ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu… kujilati habis-habisan… Marr.. Marniihh… Oohhh… Terusshh… aahhss… enakkkhh sekaliiihh…’ terdengar racauan Pak Catur kembali. Sekitar 15 menit kemudian, sambil terus mendesah-desah nikmat tanpa henti, tibalah Pak Catur di puncaknya. Sambil terus mendengus-dengus dia berkata; ’Ohhh…Aahss… Dikk… Marrr… Saayaangg… aku mau keluar nihh Dik Marr.. Ohh… Akuuhh… Ohhh… Aku mau keluar nihh…!’ erangannya tambah kuat dan duduknya kurasakan semakin gelisah. Aku tidak menghiraukan kata-katanya, mungkin maksudnya semacam peringatan untukku, jangan sampai air maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir mungkin aku belum bisa menerima semburan maninya. Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku mau sekali merasakan sperma seorang lelaki jantan dan macho macam Pak Catur, langsung tumpah dari kontolnya ke mulutku. Lelaki yang bukan suamiku sendiri. Aku terus menjilati, menyedot, dan menghisap-hisap… Batangnya, pangkalnya, kepalanya, sedapat mungkin bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini. Semua bagian kontolnya itu aku rambahi terus-menerus dengan mulut dan lidahku. Dan pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengulum batangan gede nan panjang milik Pak Catur itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi adalah kedutan-kedutan kontol Pak Catur dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga mulutku. Diiringi erangan nikmatnya, kontol Pak Catur pun memuntahkan laharnya. Cairan, atau tepatnya lendir yang hangat nan panas menyemprot ke langit-langit rongga mulutku. Sperma Pak Catur tumpah ruah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena saking banyaknya. Sperma Pak Catur berleleran di pipiku, daguku, dan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Catur masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa di batangnya, bisa terkuras habis keluar. Mulutku langsung menyedotnya. Sekali lagi, pengalaman pertama dalam menyeleweng ini, benar-benar memberiku pengalaman baru yang sangat sensasional bagiku. Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar oleh Pak Catur. Sungguh aku merasa keberatan untuk perpisahan ini, walaupun kami bisa bertemu lagi. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Pak Catur bagiku saat itu. Pak Catur juga tampaknya keberatan dengan perpisahan ini. Bisa kurasakan tatapan mesranya sebelum melepas tanganku. Sebelum berpisah, kami sempat membuat janji untuk mengulangi lagi peristiwa nikmat ini di lain waktu. Aku pun berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi di pasar itu. Sesaat aku turun dari taksi sesampainya di rumah, kulihat Mbak Surti tampak cemberut. Aku biarkan. Pada teman yang lain aku beralasan banyak bahan yang aku cari, stoknya sudah habis sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Pak Catur. Mungkin dia sudah lama lebih dahulu sampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai. Aku pamit pulang sebentar untuk menengok rumah. Aku mandi lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibir kemaluannya. Ketika kuperiksa, tampak beberapa rambut ada dalam genggaman tanganku. Mungkin rambut-rambut itu adalah jembut Pak Catur yang tersangkut saat kontolnya keluar- masuk menembus memekku dalam berbagai posisi tadi. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini. Aku hanya tersenyum kala melihat jembut-jembut Pak Catur itu. Langsung saja terbayang di mataku apa yang akan kami lakukan malam nanti, istri Pak Catur beserta anak-anaknya jadi pulang ke kampung halamannya setelah acara hajatan itu selesai. Aku hanya berharap agar keberuntungan kembali lagi terjadi pada kami, seperti tadi siang. Sekarang yang perlu aku lakukan hanyalah bersiap-siap, sebelum semuanya berlangsung sesuai harapanku. Bersambung…
BuNingsih. Kami bertetangga dengan sebuah keluarga PNS yang baru pindah dari Jogya. Ayahku adalah pegawai negeri sipil biasa dan Pak Achmad adalah juga PNS tetapi punya kedudukan yang lebih tinggi. Kalau gak salah Pak Achmad berasal dari kota Klaten sedangkan Bu Achmad berasal dari Jogya. Pak Achmad ini orangnya gemuk pendek dan berkulit agak

“pulang pak…” sapa Pak Rt kepada Pak Karyo dari teras halaman. “eh… iya nih Pak.” Jawab pak karyo. Pak karyo melanjuti “oh iya pak… saya baru inget. Dari kemaren saya belum sempet ngasih formulir kartu keluarga yang diminta. Nanti saya anterin ya pak…” pak karyo mengingatkan keterlambatannya. “iya pak.. tolong disegerakan. Biar saya bisa langsung kasih ke RW” seru pak rt yang bernama asli Rojak itu. Pak karyo pun pamit dan pak rt melanjutkan lagi menyapu halamannya. Pak rt sore itu memakai sarung dengan kaos oblong warna putih. Menunjukan badannya yang gempal dan kulitnya yang kuning langsat. Rambutnya hampir penuh uban tetapi wajahnya masih fresh,tidak terlalu tua diumurnya yang 58. Pak karyo sendiri,berumur 46. Ia pegawai salah satu bank dijakarta dan sudah mempunyai 2 anak. Pakaiannya selalu rapih,dengan kacamata dan rambut yang klimis dan badannya tegap,ia salah salah satu primadona ibu ibu disana gossip yang beredar. Sesampainya pak karyo dirumah,ia disambut oleh sang istri. Dan pak karyopun bergegas untuk mandi. istrinya mengajaknya berbicara,ia hanya menjawabnya seperlunya. kamar tidur pak karyo memiliki kamar mandi sendiri. Didalam kamar,pak karyo langsung bertelanjang,ia menyalakan pancuran air terlebih dahulu dan membiarkan airnya hangat. Pak karyo berkeliling kamar dengan bugil,kontolnya masih tidur ditutupi oleh jembut yang tumbuh subur. Kedua kaki pak karyo terlihat jenjang dan kencang saat berjalan. Ia berjongkok untuk menggapai barang dibawah kasurnya,saat itu juga pantat pak karyo merekah. Menunjukan lobang pantat yang merah,bulu bulu juga menghiasi lobang itu. Pak karyo rasa air sudah menghangat,ia pun kembali ke kamar mandi. ia berdiri dibawah pancuran,air hangat langsung membasahi badannya yang berkulit coklat manis itu. Ia mengusap ngusap wajahnya,ia mengusap badannya,ia mengusap ketiaknya,ia mengusap kontolnya,ia mengusap pahanya,ia mengusap pantatnya,ia mengusap betisnya. Ia berikan semua kehangatan kesekujur tubuhnya. Ia merasa sudah segar kembali tapi entah kenapa ia merasa sange tiba tiba. Ia sentuh pelan kontolnya seraya membersihkan. Lama kelamaan kontol itupun tegang dengan sentuhannya sendiri. Dalam posisi menghadap ke pancuran,pak karyo bermain dengan kontol dan bijinya. Ia kocok kocok pelan “haaahhh..” desahan kecil mulai terdengar. Ia lepaskan genggaman tangannya,ia bebaskan kontol itu. Batang kontol yang tegak berdiri,dengan kepala kontol yang seperti jamur itu sudah ngaceng maksimal. “pah.. mandi kok gak bawa handuk?” seru istri pak karyo yang langsung masuk kekamar mandi. istrinya kaget melihat pak karyo mandi dengan kontol yang ngaceng. Pak karyo sendiri memberikan senyuman nakal. Pak karyo melangkah keluar,menghampiri istrinya. Handuk digenggaman istrinya ia ambil. pelan pelan pak karyo memeluk tubuh istrinya dan mengecup bibir yang berwarna merah pucat itu. Istrinya hanya menerima pasrah perlakuan sang suami. Tangan pak karyo yang awalnya memeluk sekrang sudah berganti tempat,ia remas remas kedua tete istrinya. “eeenngghhhh.. paaaahhh” desah sang istri. Pak karyo tak memperdulikan desahan itu. Ia tetap mencium dengan semangat sang istri. Pak karyo turun ke leher,ini membuat istri pak karyo semakin gelagapan. Ia mencakar cakar punggung sang suami. Kontol pak karyo sendiri sudah mengeluarkan cairan bening,menandakan dia sangat sange. Setelah leher,pak karyo membenamkan wajah ditete yang kenyal itu. “maaaahhhh…” teriakan suara anaknya diluar. “maaahhhh idho pulang…” pak karyo dan istrinya sontak kaget. Sang istri langsung mengehentikan ciuman sang suami “paaahhh… udah paaaahhh…” bisiknya. Dirasa tanggung,Pak karyo tetap menjilat jilat. Istrinya sedikit kesal karena pak karyo tak juga berhenti menjilat,lalu ia mencubitnya “aduh” pak karyo pun berhenti. Dan sang istri pun meninggalkan pak karyo untuk membuka pintu depan. Kini pak karyo sendirian dengan kontol yang ngaceng berat. Ia mencoba menunggu sang istri,tapi tak ada gunanya karena anak mereka sudah pulang jadi tak begitu leluasa. Ia pun kembali mandi,ia berpikir untuk ngeloco. Rasa nikmat yang diberikan berbeda,ia pun menghentikannya. Saat makan malam pak karyo teringat tentang formulir yang ia janjikan berikan ke pak rt tadi. Selesai makan pak karyo pun pergi “mah… aku kerumah pak rt dulu ya. Nganterin formulir buat kartu kesehatan”. Dijalan menuju kerumah pak rt,pak sugeng menyapa pak karyo “mau kemana pak…” pak karyo pun menghentikan langkahnya. “ini pak,mau kerumah pak rt ngenterin formulir” kata pak karyo. “oh… kebetulan,saya juga ingin kerumah pak rt,ada urusan. Yaudah kita bareng aja” seru pak sugeng. Mereka pun berangkat bersama. Sesampainya didepan rumah pak rt,keadaan sepi. “permisi… pak rt…” panggil pak karyo. Tak ada yang menjawab. Pak karyo kembali memanggil “pak rt….” sambil ia ketok pagernya. “mungkin pak rt sedang pergi pak…”pikir pak sugeng. Pak rt ada didalam,ia seorang diri,karena istrinya sedang keluar kota menjenguk sang anak yang tengah kuliah disana. dan pak rt sedang asyik menonton film porno dari komputernya memakai headset,karena itu ia tidak mendengar panggilan pak karyo. Pak karyo pun tak ingin menyerah,ia tetap memanggil “pak rt… trok trok trok” suaranya semakin kencang. Pak karyo ingin memberikan formulir ini sekarang juga,ia takut lupa lagi. Pak rt pun engeuh,seperti ada yang memanggil dari luar. Ia pun melongok dari jendela. “wah.. pak karyo dan pak sugeng…” ia langsung bergegas memakai sarung dan keluar kamar. “iya pak.. sebentar…” seru pak rt dari dalam. Pak rt pun menampakan wajahnya. “maaf pak malem malem mengganggu” seru pak sugeng. “oh ndak papa pak… maaf tadi saya ketiduran. Mari masuk pak…” pak karyo dan pak sugeng pun masuk. Keadaan rumah sepi,pak karyo bertanya “ibu kemana pak.. kok ndak kelihatan?” “ibu sedang nemuin anak yang sedang kuliah diluar kota pak…”. mereka pun duduk bersama. Pak karyo dan pak sugeng langsung memberikan keperluan mereka. Pak rt terlebih dahulu menawarkan minum. Pak rt bangkit dari duduknya,didalam sarung itu ia tidak memakai sempak. Jadi pantatnya yang besar terlihat mulus. Pak sugeng memperhatikan itu. pak karyo menawarkan rokok kepada pak sugeng. Pak karyo dan pak sugeng sendiri rumahnya berdekatan dan anak mereka pun bersekolah disekolah yang sama,jadi mereka sudah cukup akrab untuk ngobrol. “ini pak kopinya…” pak rt membawa nampan dengan 3 gelas kopi. Pak rt langsung menyalakan rokok kreteknya untuk menemani ngopi. Mereka kembali melanjutkan obrolan tentang urusan mereka. Pak sugeng yang sedari awal memperhatikan pak rt,menegaskan pandangannya. Sarung pak rt berwarna putih,dan diselangkangannya ada bercak cairan yang melebar. Pak rt tak menyadari kalau precumnya menetes keluar. Dalam duduknya,pak rt membuka lebar kakinya,tonjolan kontolnya benar ketara. Pak sugeng pun yakin kalau pak rt tak pakai sempak!. Pak sugeng bukannya fokus diobrolan,dia malah guyon soal pak rt. “masih senang ngeloco pak?” seru pak sugeng sambil senyum senyum. Pak rt dan pak karyo pun bingung mendengar itu. “apa pak…?” pak rt menegaskan. “itu ngencrit…” pak sugeng menunjuk selangkangan pak rt. Pak sugeng memang terkenal tukang ngebanyol,apalagi soal seks. Pak rt langsung mengecek kebenaran itu,dan omongan pak karyo benar adanya!. “gue gak sadar…” dalam hati pak rt berucap. Wajah pak rt berubah merah,menahan malu. “hehehe iya pak… tadi lagi enak enak tidur eh kepengen” pak rt mencoba ngeles. “enggak papa lah pak…. wajar kita laki laki” seru pak karyo dibalik diamnya. Obrolan mereka bertiga sudah ketebak akan berakhir kemana. “saya juga tadi sore pulang kerja sange tapi yah apa boleh buat kalau harus menunggu anak tidur dulu” pak karyo terlihat santay. “wah.. kalau saya sih gak bisa pak. Kalau udah kepengen yah harus dituntasin. Kalo enggak,palaku pusing!” pak sugeng protes. Pak rt yang duduk dihadapan mereka pun mencoba menutup mulut. “kalo bapak sendiri ngeloco pakai apa?” pak sugeng mengambil kendali. Pak rt menjawab seadanya “film porno pak”. pak karyo sedikit tidak percaya mendengar itu “bapak suka nonton porno?”. Pak rt tersipu malu “yah begitu pak…” pasrah kata katanya tentang aib yang sedang terbongkar. “memang,bu rt ndak marah?” lanjut pak karyo. “yah saya diem diem pak. kalao ketauan wah.. gawat!” pak rt tertawa. “saya sih dilarang sama istri,bisa bisa gak dikasih jatah kalo ketauan” kata pak sugeng. Pak karyo memikirkan tentang film porno milik pak rt,nafsunya kembali bangkit,ia ingin menuntaskan perkara tadi sore yang tertunda. “pak.. boleh saya lihat filmnya?” pelan pak karyo bertanya. Pak rt agak sedikit kikuk,antara iya atau tidak. Titit pak rt yang lemas seketika bangun,terusik oleh film porno yang sempat ia tunda,itu menandakan “iya”. Mereka bertiga pun berpindah keruang kerja pak rt,yang agak sedikit kebelakang rumah. “waaaahhhh… bapak bener nonton porno!” pak sugeng seperti tak percaya melihat layar komputer yang bergambar memek tengah kemasukan kontol. “iya,tadi saya pause,saya denger bapak bapak memanggil diluar!” pak rt seperti protes karena kesenangannya terganggu. Pak karyo mengambil bangku lagi “ayo pak disetel filmnya” terlihat pak karyo sudah tak sabaran. Pak rt langsung menungging,menggenggam mouse dan “klik” filmnya pun berjalan lagi. Pak rt dan pak karyo duduk bersebelahan dan pak sugeng berdiri,bersandar dibangkunya pak rt. “aaaahhhh… aaahhhh…” desah wanita jepang didalam film. “wah… mantep nih!” seru pak sugeng. Yang awalnya perempuan itu sedang di entot oleh seseorang,tiba tiba datang 5 orang bapak bapak jepang,yang langsung menarik sang pria dari sedotan memek sang wanita. Ke 5 orang itu langsung memukul sang pria,dan mengikatnya di samping,mulutnya disumpel dan pria itu dibaringkan dibelakang. Ke 5 bapak bapak itu tak menyia nyiakan wanita yang sudah bugil itu. mereka langsung menerkam wanita itu. teriakan pun menggema. 1 orang bapak langsung mencaplok memeknya,2 orang bapak bermain dengan tetenya,satu meneydot bibir sang wanita,dan satu lagi menyuruh sang wanita menggenggam kontolnya. Ke 5 orang bapak bapak itu sangat rakus. Tubuh sang wanita yang putih bening,tercetak kemerahan dibadannya,karena kasarnya perbuatan mereka. Serta air liur mereka membasahi tubuhnya. Sarung pak rt sudah membentuk tenda,ia tak menyadari kontolnya yang ngaceng. Pak karyo sendiri,meraba raba kontolnya. Pak sugeng hanya tetap fokus melihat layar. “pak.. aku buka celana ya?” izin pak karyo yang sepertinya sudah tak memperdulikan sekitarnya. Entah sange atau apa,Pak karyo dengan cepat sudah melepas celananya. Kontolnya tegak menantang,tanpa malu ia bugil didepan orang. Pak rt hanya mengangkat sarungnya,membebaskan kontolnya yang pendek gemuk itu ngaceng,cairan bening sudah keluar dari kontol pak rt,lumayan banyak. Pak sugeng masih tetap memakai celana,entah malu atau apa. Pak karyo mulai mengocok ngocok kontolnya yang panjang dan besar. “beruntung nya mereka… bisa dapet daun muda” kata pak karyo. Satu dari bapak bapak itu,mulai menyodok memek sang perempuan,bapak bapak yang berdiri disekitarnya hanya tertawa melihat sang perempuan merintih. “lobang memeknya,mulutnya… “ kata pak sugeng tak percaya. Bapak yang sedang asyik mengentot itu menyuruh sang wanita merubah posisi. Bapak itu rebahan,ia menyuruh si perempuan menduduki kontolnya. Perempuan itu pasrah menuruti,sesaat kontol tenggelam didalam memeknya “eeennggghhh..” wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan. Tiba tiba satu orang bapak berdiri dibelakang sang perempuan,mengelus ngelus lobang pantatnya. Wanita itu merasa takut dan mencoba melarang sibapak. Tamparan dipantatnya yang semokpun didapatkannya,karena mencoba melarang. Tanpa aba aba lagi sibapak itu langsung menyodok lobang anusnya “aaaaaaaaaaaaaa….” perempuan itu teriak dengan air mata. Mereka tertawa terbahak bahak melihatnya. Sekarang ada dua kontol didalam lobang nya. “gila…. sampe lobang pantat juga diembat!” seru pak rt. “istri saya enggak pernah mau kalau saya minta isep,katanya jijik…” pak karyo melanjuti. “dulu mantan istri saya suka banget ngisep… saya kalo udah di isep dia,keluarnya cepet” kata pak rt. “saya ikutan buka celana yah…” dan sekarang pak sugeng sudah bugil,kontolnya lebih besar dari pak rt dan pak karyo. Mereka melihatnya sedikit aneh,kontol pak sugeng seperti punya orang luar!. “saya udah gak kuat pak…” pak sugeng mengocok ngocok kontolnya. “kuat berapa lama tuh?” pak rt melirik kontol pak sugeng. “hahaha… istri saya aja kwalahan kalo ditumbuk pake ini pak…” bangganya pak sugeng. Mereka lanjut lagi menonton. Tapi kenyataan yang ada sekarang lebih bikin sange daripada film,pikir pak sugeng,ia sangat ingin mengocok dan menghisap kontol bapak bapak ini. Niat isengnya pun hadir. “pak kita saling bantu kocok aja,biar enak keluarnya…” serunya. Pak karyo dan pak rt menatap aneh. “saya sih dulu waktu dikampung sering ngeloco bareng dengan teman teman. Memang bapak bapak gak pernah?” pak sugeng menyakinkan dan mengesankan mereka. Dalam pikir panjang,pak rt mulai mengocok kontolnya,seperti memberi kode kepada pak sugeng. Pak sugeng pun langsung menggenggam kontol pak rt tanpa risih. Pak rt menyandarkan tubuhnya,menikmati kontolnya dikocok kocok. Pak sugeng turun,ia juga menghisap kontol pak karyo tanpa permisi “heeehhh.. pak ngapain?” pak karyo kaget tapi kontolnya sudah masuk kedalam hangatnya mulut pak sugeng,ia pun tak jadi menolak. Pak sugeng menghisap kontol pak karyo dengan rakusnya dan meloco kontol pak rt dengan cepatnya. “paaaakkk suuudddaaahhh…” pak rt langsung menepis tangan pak sugeng. “saya nanti bisa keluar! Saya masih ingin berlama lama…” pak sugeng tersenyum. Sekarang pak rt hanya memandangi kontol pak karyo didalam mulutnya pak sugeng. Dari dekat ia bisa melihat dengan jelas,mulut pak sugeng yang membuka lebar,maju mundur. “bapak enggak jijik?” tanya pak rt. Pak sugeng hanya menggelengkan kepalanya. Pak rt memperhatikan wajah pak karyo yang ke enakan. Pak rt serasa iri,ingin menikmati sedotan pak sugeng juga. Ia lantas meyodorkan kontolnya ke pak sugeng “pak…” pak sugeng langsung melahapnya. “uuuuhhh….” pak rt menahan kepala pak sugeng. “enak pak?” tanya pak karyo polos. Pak rt hanya tersenyum dengan tangannya menuntun kepala pak sugeng. Tangan pak sugeng tk dibiarkan menganggur,pak karyo menyodorkan kontolnya yang langsung digenggam oleh pak sugeng. Pak karyo mengocok kontolnya dengan tangan kirinya. Secara bergantian pak sugeng menyedot kontol bapak bapak itu. 15 menit berlalu,pak sugeng bangkit berdiri “gantian dong pak…” pintanya. Pak rt dan pak karyo menunjukan ekspresi menolak dan pak karyo lagi lagi meyakinkan “pelan pelan saja bapak bapak… “ serunya. Pak sugeng langsung memberikan kontolnya yang besar itu ke pak rt,kontol hitam besar dan gemuk itu terpampang dihadapan wajah pak rt. Pelan pelan pak sugeng memajukan kepala kontolnya dimulut pak rt,ia mainkan kepala kontolnya dibibir pak rt “eeehhhmm eeehhhhmmm…” suara penolakan dari pak rt. Pak karyo yang sedikit menjauh langsung ditarik oleh pak sugeng “kocokin peler ku pak…” pak karyo hanya menurut. Suasana sudah dikendalikan kembali oleh pak sugeng. Posisi pak sugeng berdiri,pak rt duduk dibangku dan pak karyo duduk dilantai,ungguh pemandangan yang menggiurkan. “aaaaahhhhhhhh…. “ pak rt mulai memberanikan diri membuka mulutnya. “enak pak…” hangat terasa kepala kontol pak karyo rasakan. Pak karyo pun mengikuti jejak pak rt,ia mulai mengemut biji peler pak sugeng secara bergantian. Walau pak akryo mencium aroma pesing dari selangkangan pak sugeng tapi ia tetap menjilat jilat. “eeeennggghhh….” sekarang setengah batang kontolnya pak sugeng sudah terbenam dimulut pak rt,pak rt kesulitan bernafas. Pak rt memegang dua kepala bapak bapak itu seraya membimbing. “iya enak paaakkk aaaahhhh…”. tiba tiba pak sugeng menarik kontolnya secara spontan dari dalam mulut pak rt dan ia mencium pak rt. “eeeehhhhmmm…” pak rt gelagapan. Percaya tidak percaya ia berciuman sesama lelaki. Pak karyo langsung mengambil kontol pak sugeng yang menggantung dan langsung diemut. “aaaahhh. Ahhhhh… ahhhh..” peju pak sugeng mulai menetes netes tapi belum ngencrot. Sambil berciuman dengan pak rt,pak sugeng mengentot mulut pak karyo. “aaaaahhh… aaahhh…aaahhhh…” pak sugeng terus terusan mengerang. Dan “aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh “ pak sugeng ngencrot. Peju langsung membanjiri mulut pak karyo. Pak karyo pun mengocok dengan cepat kontolnya dan “crrrooooootttttt eeeehhhhmmmm” peju muncrat daril lobang kontolnya. Pak sugeng langsung menarik kontolnya dari mulut pak karyo,peju yang banyak langsung meleleh keluar. Pak karyo langsung merebahkan diri dilantai dan pak sugeng duduk disebelah pak rt. Diantara mereka hanya pak rt yang belom ngencrot. “pak… aku belum keluar,gimana ini…” melas pak rt. “sabar pak…” pak sugeng meyakinkan pak rt kalau ia juga akan menikmati. Lantas pak rt kedapur mengambil air. Pak sugeng menatap pak karyo yang kelemasan. Ia menghampirinya. “pak… sedotan mu tuh enak sekali” mereka berbaring sebelahan. “ini pertama kali aku isep kontol pak!” mereka tertawa. Lalu pak sugeng membersihkan sisa sisa peju dipipi dan dagu pak karyo. Mereka saling menatap dan “eeehhhhmmm.. eennggghhh..” mereka berciuman. Bibir mereka berdua terpagut,lidah mereka berdua saling mengikat,dan aroma peju semerbak tercium. Mereka ciuman dengan penuh semangat,mereka berguling,pak karyo memeluk pak sugeng dengan erat,pak sugeng sendiri mengusap wajah pak karyo,mereka berdua sedang dibuai nafsu kedua. Pak rt yang kembali dari dapur kaget melihat kedua bapak itu sedang berciuman. “sini pak…” pak sugeng mengajak pak rt untuk gabung. Tapi pak rt kembali duduk tanpa gabung. Pak rt hanya melihat mereka berdua menyatu oleh kedua bibir mereka menempel. pak sugeng semakin bernafsu “pak punya minyak urut?” “punya pak… kenapa?” “yaudah tolong diambil” pak rt pun menuruti. “buat apa pak?” tanya pak karyo dalam kondisi dibawah badannya pak sugeng. Pak sugeng hanya tersenyum dan kembali ciuman lagi. Bersambung…

NikmatnyaBercinta Dengan Pak RT (1) Sekitar pukul 10 pagi, saat aku ingin berenang, tiba-tiba pintu rumahku ada yang mengetuk. Aku yang sudah melepas handukku harus terpaksa memasangnya lagi dan kembali ke ruang tamu. Entah siapa yang datang bertamu. Jahatnya Pak RT Cerita Dewasa – Aku masih ingat. Tahun 2007 silam aku diangkat sebagai Ketua RT oleh warga komplek di perumahan ku di Kelapa Gading Jakarta utara. Seperti biasa pekerjaan seorang ketua RT. Di lingkungan perumahanku yaitu menarik iuran keamanan dan kebersihan setiap bulannya. menyipan daftar warga dan membuat surat pengantar. 3 bulan lebih menjadi ketua RT, aku mulai tahu secara lengkap profil setiap wargaku. Dari usia, alamat, telephon maupun berapa jumlah anggota keluarganya. Eh ternyata di lingkungan komplekku banyak sekali Ibu-ibu mudanya mereka cantik dan sexy-sexy, usia antara 25-32 Tahun. Setelah aku mempelajari data dan situasi. Aku tertarik pada istri tetanggaku yg cantik,putih dan sexy. Ia benama Titis. Usianya baru 25 Thn dan belum mempunyai anak. Suami Titis seorang pengusaha kayu. Jarak usia Titis dan suaminya terpaut 13 Thn. Karena suaminya sering ke kalimatan, Titis sering sendiri. Dalam sebulan, suaminya paling hanya 2-2,5 minggu di rumah. Dengan semangat 45 aku mengatur berbagai strategi agar aku harus mendapatkan / meniduri Titis istri tetanggaku, tepatnya akhir Maret lalu. Seperti biasa aku sengaja datang ke rumah Titis untuk menagih iuran keamanan dan kebersihan. Saat itu waktu menunjukkan pukul WIB. Aku mengetok pintu rumah Titis. setelah beberapa saat, pintu dibuka. Dan ternyata yg membukakan pintu Titis sendiri. “Eh, pak RT. Maaf lama bukakan pintunya. karena pembantuku tidur dia sedang sakit katanya. Ada apa nih pak? Kok repot-repot datang ke sini sendiri?,” tanya Titis, saat membukakan pintu. “Ayo masuk pak !!,” ajaknya. “Nggak, cuma mau menarik iuran kamsih aja kok. Suami sedang di kalimantan ya?,” tanyaku. “Iya nih mungkin lusa dia baru balik,” jawabnya. “Kita ngobrol di ruang tengah aja ya karena AC di ruang tamu sedang rusak,” sebutnya. “Oya nggak apa-apa,” jawabnya seraya duduk di sofa ruang keluarganya. Saat itu Titis menggunakan daster transparan saat itu. sehingga BH dan CD nya yg berwarna hitam terlihat transparan aleh terangnya lampu ruang keluarga. Aku tdk konsentrasi saat paha yg putih mulus tepat didepan mataku. Kusodorkan kartu iuran agar di tanda tangani, ah saat itu Titis membungkuk dan terlihat jelas buah dadanya yg putih dan bulat dari balik dasternya. Kami ngobrol kesana kemari dan waktu sudah menunjukan Yg ada dalam pikiranku saat itu bagaimana aku bisa mencumbu dan melumat buah dada Titis ukuran 36B dan segera ingin meremas dan mengemutnya. Pembicaraan semakin akrab, sampai mengarah pada masalah pribadi. “Oya pak, aku ambilkan dulu uang iurannya di kamar. Bapak mau minum apa? Ambil aja sendiri di kulkas. Maklum pembantu sakit, pak,” ujarnya. setelah Titis masuk kekamar. Pikiran kotorku semakin menjadi jadi. aku berdiri dan nekad membuka pintu kamar Titis yg ternyata tdk dikunci. Titis masih di kamar mandi. Kututup pintu kamar dari dalam. Setelah kulepas baju dan celana panjangku. Aku tinggal memakai CD. Beberapa detik kemudian Titis keluar dari kamar mandi hanya mengenakan BH hitam saja. Ia kaget melihat aku masuk ke kamar dan tdk mengenakan busana. Secepatnya aku langsung mendorong tubuh Titis ke ranjang. Dan langsung tubuhku menindihnya. “Dominobet – Jangan pak, jangan pak. Sadar pak,” mintanya sambil memberontak,” Tanpa banyak bicara, aku langsung mencumbui Titis. Bibirnya yg mungil langsung ku lumat habis. Sekitar 4 menit kemudian, Titis ulai pasrah dan mulai menikmati ciumanku turun kebawah.. akhrinya sampailah aku pada buah dada Titis yg masih tertutup oleh BH Triumph 36 B. Tanganku kiri terus meremas payudara Titis yg putih,montok dan tertutup BH hitam , sedang tangan kananku menyusup dibawah punggung Titis untuk mencari dan membuka tali pengikat BH Titis. Kutemukan pengkait BH nya dan kubuka pengkaitnya. Dengan posisi Titis yg masih tertindih dibawahku. kukepas BH nya kedepan. “Jangan pak, jangan !! Aku sudah punya suami,” harap Titis. BH Titis sudah terbuka. K0ntolku spontan mengeras. Tatkala kulihat buah dada Titis yg montok, bulat dengan punting kecil berwarna pink yg mancung keatas. Langsung kusedot, dan ku permainkan punting Kecil Titis yg mancung dengan lidahku dan gigitan mesraku. secara bergantian yg kanan dan yg kiri. Sambil tangan kananku terus membelai lembut memek Titis yg ditumbuhi bulu-bulu yg halus. bibir Memek Titis cukup tebal sehingga jari jemari tangan kamanku semakin napsu untuk mem-permainkannya. Setelah aku berhasil mencumbu payudara Titis dan tanganku aktif membelai dan menggosok Memeknya. Titis mulai menimati permainanku. terbukti dengan desahan desahan Titis yg terdengan lirih di telingaku. Cumbuanku terus ke bawah, melewati pusar dan terus 2. akhirnya sampailah bibirku pada Memek atau bagian paling sensitif dari Titis. kucium bibir Memek Titis yg sdh mulai membasah. OH.. memek yg yg harum.! sangat berbeda dengan memek istriku. kupermainkan bibir memek Titis dengan bibir dan lidahku.. sekali kali kusedot sedot bibir memeknya. Kenapa ini ku sebut bagian sensitif dari Titis, karena saat ku cumbu Memeknya desahan Titis tdk terdengar lirih lagi, Tapi semakin keras terdengar. dengan posisi kaki kanan dan kiri Titis menggelinjang kegelian. “Mau Dapat Uang Dengan Main Game Online? Buruan Daftar Diri Anda di Domino QiuQiu , Dapatkan Jackpot Dari Game Ini” “Aahh.. Terus pak. Enak.!!!,” desahnya. Titis mulai terangsang hebat. Dia menarik kepalaku ke atas dan dia menciumiku dengan ganasnya. Gantian tangan kanan Titis memegani dan meremas remas MR P ku. yg semakin tegang. Kutarik tubuh Titis ke tepi ranjang, kurebahkan tubuhnya. Sambil posisi berdiri kuantat sedikit pantat Titis agar aku mudah mengarahkan k0ntolku ke Memeknya. tanpa basa basi kutancapkan k0ntolku ke memek Titis yg masih sempit itu. “AHH..!!!!,” teriak Titis dengan mata terbelalak. K0ntolku terus keluar masuk menghujani Memek Titis yg semakin kian membasah, sambil sekali kali ku goyang goyangkan pantatku kekiri dan kekanan. “ Pak!! Terus-terus. Enak sekali pak,” katanya. Permainanku dengan Titis terus berjalan. dan berakhir setelah kutari k0ntolku dan ku muntahkan cairan spermaku di dalam memeknya. Aku terbaring lemas disamping tubuh Titis yg basah dengan keringat. “Pak, kamu hebat!!,” kata Titis padaku. “Kamu juga hebat. Beda dengan istriku. Kamu tdk hanya Cantik, putih dan Sexy tapi juga menggemaskan dan menggairahkan dalam bercinta,” kataku. “Ah bisa aja pak,” Titis tersenyum. Titis mengaku, semenjak 1,5 tahun menikah dengan suaminya, belum pernah ia merasakan nikmat dan klimaks seperti saat ini. “Apa karena suamiku badannya kegemukan dan kecapaian ya pak? sehingga dia malas mencumbuiku bila kita mau berhubungan,” tanyanya. “Dia selalu menonton film blue sebagai pemanasan sebelum berhubungan denganku. Setelah dia terangsang, main tancap saja tanpa memperhatikanku dan mencumbuku terlebih dahulu. Aku terasa seperti pelacur yg tdk berhak untuk mendapatkan kenikmatan yg seimbang dalam bercinta. Meskipun secara materi aku terpenuhi.” cerita Titis nanar habis mereguk kenikmatan. “Tapi kita sudah berdosa pak. Kita menghianati pasangan kita masing-masing kata Titis. kasihan juga istrimu,” ingatnya. “Aku juga tdk bahagia nikah dengan istriku. Istriku gendut dan tdk se sexy kamu. Kita bekomitmen bahwa hubungan ini hanya kita berdua yg tahu,” mintaku. Setelah itu aku memakai bajuku dan pulang ke rumah dengan tubuh yg segar. Kalau aku nggak buru2 pulang nanti bisa ketahuan tetangga yg lain karena waktu sudah menujukan jam WIB. Nggak lucu kalau Aku ketahuan warga sebagai ketua lama-lama di rumah Titis. Sejak peristiwa tersebut, aku dan Titis sering mengentot. Bukan saja di rumahnya, semak-semak, bahkan kami sering menginap di hotel atau liburan keluar kota berdua. Titis sangat berkeinginan memiliki anak. Dan selama tiga bulan aku sering mengentotnya, dia pun hamil. Apakah anaknya seperti aku ya? Kita lihat saja nanti.
\n \n\n \n\ncerita dewasa pak rt

CeritaDewasa : Memek Becek Bu Lusi - Namaku adalah Rangga, umurku sekarang adalah 23 tahun Lama-kelamaan hanya rasa enak yang terasa saya gadis berumur 19 tahun Ya, dikompleks ini yang menjadi kembang adalah ibu RW yang tinggal disebelah rumahku News Feed Comments News Feed Comments. Majikan Ngentot dengan supir Pribadinya “pak Warso

Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku melewat didepannya, seringkali matanya jelalatan melihat padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau melewat di depannya. Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku. Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Hambali yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi. Kubukakan pagar dan kupersilakan dia ke dalam “Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah mempersilakannya duduk di ruang tengah “Kok sepi sekali dik, kemana yang lain ?” “Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, mama juga lagi arisan sama teman-temannya” Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya. “Minum Pak” tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat. Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu Dia menanya-nanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku “Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya “Iya nih Pak , biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa bantu pijitin ga ?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku. Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu. “Mari Dik, kesinikan kakinya biar bapak pijat” Aku lalu merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh…pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku. “Pijatan bapak enak ya Dik ?” tanyanya “Iya Pak, terus dong…enak….emmhh !” aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Hambali, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh. Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya “Enngghh…Pak !” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Hambali pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku dipelorotkannya beserta celana dalamku. “Aaww…!” aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klistorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Hambali tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawah itu. “Kamu memang sempurna Dik Citra, daridulu bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga” rayunya Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Hambali begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya. “Hhmm…wangi, pasti adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita. Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh…lidahnya menjilati klistorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras. “Pak…oohh..saya juga mau…pak !” desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu. “Kalau begitu bapak di bawah saja ya dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69 Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh…batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya. Aku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Hambali mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klistoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Hambali. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap padanya. Pak Hambali menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata “Ayo dik, terusin dong karaokenya, biar bapak ngomong dulu di telepon” Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa. “Ngga kok…tidak apa-apa…cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku. “Wah…dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan bapak udah suruh stop dulu, eee…malah dibikin keluar lagi, untung ga curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku “Hehehe…sori deh pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal “Hmm…kalo gitu awas ya sekarang bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya, lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Pak Hambali menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku. Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku “Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya. “Enggh…masukin aja Pak, udah kepingin nih” Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Hambali mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya. Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokkanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Hambali sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Hambali menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh…mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih dalam. Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh…ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. “Uuuhh..Pak…aakkhh…!” aku kembali mencapai orgasme, vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Pak Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air. “Bapak udah mau…dik…Citra…!!” desahnya dengan mempercepat kocokkannya. “Di luar…Pak…ahh…uuhh…lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus. Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi. Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya. “Wah Dik Citra ini benar-benar hebat, istri-istri bapak sekarang udah ga sekuat adik lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis. Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan “Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik” “Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar “medan laga” kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.
\n\n \n\n\n \ncerita dewasa pak rt
Search Cerita Jilat Anus Bu Haji. Jilatin Memek Teman Sampai Kelimax – Video cewek bispak, memek kecil, memek mulus, janda muda, janda gatel, ngentot adik kelojotan, bokep barat, bokep indo, bokep jepang, memek montok, suka coli, bokep manja, abg sange, mesum 2018, bokep sd, bokep smp, bokep pijat, game bokep, bokep hisap kontol, mandi telanjang, bokepgw, malam
Cerita Cerbung Karna Suami Sibuk Terpaksa Selingkuh Pak RT Chapter 1 – Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu .. Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini.. Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku. Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu. Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain. Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya. Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku. Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu. Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu. Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an. Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong. Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh. Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya. Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku. Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal. Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung. Sekali aku nyeletuk, N’tar dilihat orang Pak’, Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia. Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora, Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik .. Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku .. Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’. Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’. Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain sejam’?? Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain. Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku. Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini. Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya. Nyampai Dik Mar ..’, Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu. Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini.. Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku. Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk. Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini. Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing. Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, Sini Dik Mar .. , uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku. Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini. Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’. Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku. Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee.. Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu. Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku .. Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass .. Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme. Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku. Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini. Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu. Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass.. BERSAMBUNG Karna Suami Sibuk Terpaksa Selingkuh Pak RT Chapter 2
KisahNyata, seorang wanita yang berprofesi sebagai guru dan istri dari pak RT, adalah selingkuhanku semenjak suami di serang penyakit stroke. jika Berkenan
Setelah kejadian kemarin saat aku menonton adegan hot istriku arini dengan pak RT dan anaknya aku terus memikirkan bagaimana cara agar dapat menghukum arini atas perbuatannya. setelah ku pikir masak-masak aku pun melakukan langkah pertama yaitu mengintrograsi arini jika pulang dari kantor nanti. namun sepertinya dewa keberuntungan sedang berada dipihakku saat ini karena hari itu aku mendapati fira anak tiri dari pak RT yang memiliki body yang beh sekel padet and yang terpenting bispak itu sedang melamar pekerjaan di kantor karena tanpa sengaja aku melihatnya memasuki ruang HRD. diam-diam aku menunggu fira keluar dari ruangan itu aku ingin tau apakah dia diterima atau tidak. setelah 15 menitan fira keluar dengan wajah mumet dan sedih aku mengira dia pasti gagal dalam ujian wawancara karena HRD kami sangat ketat dalam seleksi karyawan dan dia benar-benar ingin karyawan-karyawan terpilih saja yang bekerja di tempat kami. aku berpikir cepat dan langsung bergegas masuki ruang HRD itu. "pak solehin" tegurku saat memasuki ruang HRD dan melihatnya sedang membereskan berkas bekas wawancara tadi. "ya ada apa pak ardi?" tanyanya saat menoleh "saya boleh tanya tadi cewek yang ngelamar di sini di terima atau tidak?" tanyaku balik padanya "tidak dia terlalu kikuk orangnya pak ardi. memang kenapa kok pak ardi bertanya seperti itu?" jawab pak solehin "saya kenal dengan gadis itu pak dia tetangga saya." jawab ku dengan cepat "lalu hubungannya apa dengan masuk atau tidak di kantor ini?" tanyanya lagi "gini lho pak saya ingin dia di terima di kantor ini dan sebagai gantinya..." kataku terpotong untuk membuatnya penasaran "sebagai gantinya apa pak ardi?" tanyanya mulai penasaran dan tanda pancinganku berhasil. "pak solehin boleh bersetubuh dengan istri saya." jawabku sontak membuat pak solehin kaget bukan main. mungkin pak solehin juga adalah orang yang tegas tapi dia juga sering ku dapati mencicipi tubuh gadis-gadis yang wawancara dengannya dan semua gadis yang melakukan itu di terima tapi kalau kinerjanya jelek mereka paling lama bertahan 6 bulan. aku bahkan sempat berhasil menyetubuhi karyawan yang masuk karena bersetubuh dengan pak solehin ini. "gak salah tuh pak ardi istrimu yang bahenol itu?" tanyanya masih tidak percaya "iya pak solehin. bapak bebas ngentotin istriku selama satu hari penuh asal gadis tadi di terima." ujarku menegaskan perkataanku pada pak solehin. "baiklah kalau begitu urusan menerima gadis itu gampang sekarang masalahnya istrimu mau tidak aku gituin nanti aku kena pidana pemerkosaan lagi." pak solehin mengeluarkan keraguannya "udah pak tenang aja aman ko saya yang jamin bapak tidak akan kena pidana malah istri saya akan dengan senang hati memberikan seluruh tubuhnya pada bapak nanti saya jamin." aku kembali menjelaskan agar pak solehin tidak ragu lagi. akhirnya perundingan hari itu selesai dan kami berdua esokan harinya fira di telepon oleh pak solehin dan hal yang membuatnya kaget adalah tiba-tiba hari itu dia di terima kerja padahal kemarin pak solehin bilang masih ragu dengan kemampuannya. lalu dengan terburu-buru pun fira bergegas menuju kantor pak solehin untuk mengkonfrimasi pernyataan dari pak solehin tersebut."pak beneran saya diterima pak?" tanya fira dengan panik dan gugup saat itu "iya kamu diterima kamu beruntung punya kenalan di perusahaan ini jadi kamu mendapatkan recomendasi dairnya. benar-benar kau adalah gadis yang beruntung." pak solehin menjelaskan "hah kenalan yang merekomendasikan diriku kira-kira siapa ya?" pikir fira membatin saat itu. "sekarang kamu saya tempatkan sebagai sekertaris dari bagian akuntansi tugasmu sehari-hari adalah membantu dia menyelesaikan pekerjaannya agar lebih cepat dan tepat mengerti?" tanya pak solehin membuyarkan lamunan fira "ya pak saya mengerti." fira gugup menjawabnya sehingga kata-katanya terbata-bata. setelah itu fira keluar ruangan HRD dengan hati gembira karena mulai besok dia sudah bekerja di perusahaan itu, tapi dia tidak tau itu adalah awal baginya untuk menjadi mainan seks ardi yang kedua setelah itu seperti yang di instruksikan oleh ardi arini datang ke tempat yang di janjikan yaitu sebuah hotel bintang 4 arini hari itu selama 24jam di perintahkan ardi untuk melayani bosnya itu awalnya arini menolak tapi saat ardi memperlihatkan videonya saat bersetubuh dengan pak RT arini menyerah untuk menolak lagi. arini pun sampai di kamar nomor XX di lantai 3 hotel itu. "ohh jadi kamu sudah datang ya arini. tepat waktu juga kamu ya ardi pasti sangat rajin ngelatih kamu ya." hinaannya langsung menerjang arini saat membukakan pintu kamar tersebut. saat arini masuk pak solehin langsung mengunci pintu kamar dan langsung memeluk arini dari belakang sambil meremas payudaranya dari luar kaos T-shirt arini, tapi tentu itu sama saja dengan meremas tanpa alas karena arini tidak memakai BH. "kamu gak pakai BH arini?" tanya pak solehin agak heran "iya saya cuma cewek gatel yang beruntung bisa jadi istri tuan ardi pak dan karena tuan ardi mengetahui hal itu saya sudah tidak memerlukan BH lagi pak." jawab arini dengan suara yang lembut. tapi hal itu malah membangkitkan birahi pak solehin dan membuat dirinya semakin ganas meremas payudara arini yang empuk dan padat itu. tangan pak solehin tidak hanya berhenti samapai situ sekarang tangannya mencoba menyusup ke balik kaos arini dan tangan yang satunya mencoba menyusup ke dalam celana jins pendek milik arini. dan tentu dengan mudah pak solehin berhasil menjarah dua titik incarannya tersebut karena selain arini tidak melawan arini pun sepertinya sudah mulai menikmati permainan pak solehin karena sekarang saja puting arini sudah sangat keras dan terlihat menojol dari balik kaosnya yang agak ketat itu. "ehmmmm" arini pun mulai mendesah saat vaginanya yang basah itu tersentuh jari kasar pak solehin bukan cuma itu pak solehin pun langsung menyerang cloris arini tanpa ampun. "uhhhhh... shhhhsssss" arini makin mendesah akibat perbuatan pak solehin yang memang ahli dalam merangsang tak jarang pak solehin dapat membaut sorang wanita yang hasrat seksnya terpendam dan menjadi alim berubah total kemabli menjadi penggila seks bahkan lebih parah dari sebelumnya. pak solehin terus mempertahankan seranganya terhadap tubuh arini dan mulai menaikan tempo serangan sedikit demi sedikit. mula-mula pak solehin mulai memilin puting arini dari balik kaos T-shirtnya. puting arini yang sudah mengeras itu sangatlah mudah dirangsang dan memberikan sensasi luar biasa bagi arini. sebenarnya arini ini mandul karena sebuah kecelakaan yang membuat dirinya terpaksa mengangkat rahimnya dulu dan entah perbuatan dokter atau tidak semenjak selesai operasi payudara dan vagina arini itu sangat lah sensitif sehingga sangat mudah untuk dirangsang dan membuat arini menjadi hyperseks dulu. tapi sisi positifnya payudara arini tidak pernah mengendur sedikit pun meski sudah banyak lelaki yang meremas benda itu dan menyusu di sana. arini semakin terangsang saat ini karena pak solehin lagi-lagi menaikan tempo rangsangannya dan memasukan 2 jari tangannya dan menggesek-gesek dinding vagina arini yang sedari tadi memang sudah sangat gatal. arini saat itu sudah tidak dapat berpikir "uhhhhhh...shhh..ahhhh..." dia hanya bisa mendesah dan mendesah saat tubuhnya dirangsang abis-abisan oleh teman sekantor suaminya itu. tiba-tiba setelah melihat arini sudah kehilangan akal sehatnya akibat rangsangannya pak solehin menghentikan perbuatannya. "pak ko... berhenti....ha...ha..." tanya arini dengan nafas yang berat dan mata yang sayu. "saatnya kamu saya ajarkan cara jadi wanita yang baik bagi setiap lelaki arini. saya akan mendidik mu agar menjadi wanita penggila seks bahkan kau lah yang akan memohon nanti pada laki-laki untuk menyetubuhi dirimu." ujar pak solehin dengan muka mesumnya sambil menurunkan pundak arini dan mengarahkan kepala arini pada penisnya yang mengacung. entah sejak kapan pak solehin melepas celananya itu tapi sekarang sebuah penis yang super panjang sedang berada dihadapan arini. tanpa disuruh dua kali arini mencium penis tersebut dengan mesra dan mulai menjilati kepala penis itu. setelah merasa cukup liur yang diberikan oleh lidah arini sekarang arini mulai memasukan penis itu kedalam mulutnya dan tentu saja benda itu tidak muat di mulut arini. hanya kepalanya pnisnya saja yang berhasil masuk ke dalam mulut arini tapi itu cukup untuk menaikan birahi pak solehin. karena tak mau buru-buru keluar pak solehin akhirnya menarik kepala arini dan mengangkat tubuh arini agar berdiri. lalu menyandarkan tubuh gadis cantik itu ke dinding dan dengan ganas menelanjangi arini yang masih lemas karena tubuhnya masih dalam keadaan terangsang dan belum pulih benar. setelah berhasil menanggalkan seluruh pakaian arini pak solehin tidak buang waktu dan kembali mengerjai tubuh arini. mulai-mulai pak solehin menggunakan teknik phpnya dengan menyelipkan penis panjangnya kesela-sela paha arini dan membuat benda itu bergesekan dengan vagina arini yang mulus tanpa bulu itu. pak solehin terus mengesek-gesek vagina arini tanpa membuat benda itu masuk ke liang vagina arini. dan kita semua pasti arini saat itu sangat menginginkan benda itu masuk buktinya sekarang arini mulai menggoyangkan bokongnya agar vaginanya dimasuki oleh penis pak solehin tapi ternyata pengalaman pak solehin lebih banyak sehingga menghidari goyangan arini bukanlah hal yang sulit baginya. "uhhhh pak masukin arini sudah gak tahan." arini mulai mengeluh karena saat itu cairan vaginanya sudah mengalir dan sangat basah bahkan terus menerus menetes kelantai. "arini kalau dirimu yang pencinta seks belum mengakui kenyataan bahwa kau adalah wanita pecinta seks dan setiap lelaki berhak atas tubuh mu aku tidak akan memasukan batang kontolku ini arini." ujar pak solehin kembali memasang wajah mesumnya. "sial kalau begini terus gua bisa gila karena kontol panjang itu." saat arini mulai mengeluh dalam hatinya sepertinya hal itu sudah terlambat bagi tubuhnya. arini saat itu benar-benar sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. karena sekarang saja mata arini sudah penuh kekosongan dan cairan vaginanya lebih bebas keluar dari sebelumnya. "pak... enak pak... saya ini cuma wanita binal yang doyan peler dan kontol pak.... saya .... bahkan lebih rendah dari pelacur dan setiap lelaki berhak atas tubuh saya pak... uhhhh...sjhhhh.." arini berbicara seperti itu karena sudah kehilangan kontrol atas tubuhnya. itu adalah keinginan tubuhnya. pak solehin menyadari arini sudah kalah telak dalam perang rangsangan tersebut dan mulai memasukan penisnya ke dalam vagina. "uhhhhhhhhhhhh...ahhhhhhhhhhhhhhhhh......" arini menggerang panjang karena rasa nikmatnya penis itu sekarang menjadi puluhan kali lipat dari penis-penis lainnya yang pernah menyetubuhinya. "kena juga kamu arini sekarang kamu akan jadi mainanku. ardi bodoh memberikan celah untuk membuat istrinya menjadi maniak seks begini." pikir pak solehin tersenyum penuh kemenanngan. saat pak solehin menggenjot tubuh arini semakin kencang itu membuat arini makin bergoyang dan makin kehilangan akal sehatnya. sekarang yang ada di pikiran arini adalah seks seks dan hanya seks untuk membuat vagina puas. "uhhhhh..ahhhhh enggggggggahhhhhhh" arini kembali menggerang saat pak solehin mempercepat tempo genjotannya tapi setelah 15 menit menggenjot tubuh arini dalam posisi berdiri pak solehin mulai bosan dan menggati gaya tubuh arini saat ini berada di atas dan itu membuat arini bebas mencari kepuasannya sendiri dari batang penis pak solehin. dalam gaya terserbut arini mendapat 4 kali orgasme yang dasyat dan saat arini ingin mendapat orgasme ke limanya penis pak solehin juga sudah mulai berkedut. "pak say....a ham....pir sam...pai lagi..." ujar arini terpatah-patah. "saya juga neng... barengan..." dan setelah 3 menit mereka berdua pun orgasme dasyat sekali apa lagi pak solehin spermanya benar-benar banyak sampai mengucur deras keluar vaginanya. arini pun di suruh membersihkan penis pak solehin itu dengan sangat lembut dan hati-hati. efeknya pak solehin kembali dalam keadaan siap tempur kembali dan persetubuhan mereka pun berlanjut sampai 4 ronde hari itu. tatapan mata arini pun mulai hari itu berubah total menjadi sayu dan vaginanya selalu saja lembab seakan tidak ada puasnya dan saat arini pulang kerumahnya pun saat di bus arini membiarkan seorang pria menjamah tubuhnya karena saat itu kondisi sangat menguntungkan arini sedang berdiri di tengah kepadatan penumpang dan kedua tangannya terjepit dalam hapitan dua orang sementara yang satunya berpegangan pada pegangan agar tidak jatuh tapi hel itu membuat pelaku semakin gencar mengerjai tubuh arini. saat itu arini hanya diam saja dan menerima perlakuan sang pelaku dengan pasrah setelah melihat sang korban pasrah pelaku itu pun membisikan sesuatu pada arini. "pengen gak aku entotin kamu biar gak sange lagi sayang?" bisikan itu membuat arini merinding tapi arini malah menganggukan kepalanya dan pertanda bahwa dia mau bersetubuh dengan orang asing itu. "kalau gitu sekarang kita turun soalnya kalau lebih jauh lagi bakal sampe tempat rame." bisiknya sambil menarik tangan arini dan bersiap turun. mereka berdua pun turun arini melihat pemuda yang menariknya itu badannya kurus dan mukanya jauh dari yang namanya cakep apa lagi membawa arini memasuki sebuah kebun pisang di dalam sebuah gang pemuda itu pun langsung memeluk arini dan menciumnya dan membuat arini kembali terbuai akan rangsangannya yang nikmat bahkan saat itu pemuda itu lebih berani dari sebelumnya karena sekarang saja dia sudah membuka celananya sehingga penisnya yang besar dan gemuk itu pun terpampang dan bergelantungan bebas. sambil terus merangsang arini pemuda itu dengan cepat meloloskan celana jins pendek yang digunakan arini dan juga CDnya. dengan penuh nafsu pemuda itu menggesek-gesekan penisnya pada vagina arini dan juga tangannya menyusup dalam kaos yang digunakan arini lalu mulai memilin putingnya yang sudah kembali mengeras. "ahhhhh....ehhmmmmm..." arini mendesah tertahan oleh ciuman karena penis gemuk itu berhasil memasuki vagina arini yang memang sudah sangat lembab. pemuda itu dengan ganas memaju-mundurkan penisnya dan pemuda itu terlihat belum puas sampai di situ dia mulai meloloskan kaos yang di kenakan arini lalu mengulum puting arini dan tidak lupa mencupang bagian itu."sayang ...uh uh uh... kamu bener-bener hot ...." pemuda itu semakin ganas menggenjot tubuh arini sambil berdiri. arini saat itu tentu saja sangat pasrah menerima keadaan karena memang arini sangat ingin sang pemuda itu lebih ganas menyetubuhinya. "uhhhhhh... gua mau keluar coy..." racau pemuda itu. "sabar bang saya juga uhhh..." arini pun mendapat orgasme bersamaan dengan pemuda itu.. "crott...crot...crot..crot.. gak nyangka gua bisa ngentotin cewek capek kaya kamu sayang." ujarnya setelah berhasil mengeluarkan 4 semburan lahar panasnya ke dalam liang vagina arini. "iya bang abis kan abang yang nakal bikin arini sange." goda arini dengan nafas berat. "haha dasar amoy kalo lu gak gua bikin sange dulu mana bisa gua ngentotin lu." ujarnya mulai menghina arini. "dah ya bang saya mau pulang dulu." ujar arini sambil memakai kembali pakaiannya "eh.. nomor hpnya donk kan gua pengen ngentotin lu lagi dan sapa tau kita jodoh." ujar pemuda itu dengan senyuman mesumnya. "saya udah punya suami bang udah ya nanti kalau ketemu lagi baru dah boleh lagi." ujar arini dengan kedipan mata yang nakal. - BERSAMBUNG -
CeritaSeks Bugil Ketika aku kembali dari kantor, kulihat istriku sedang mengobrol dengan seorang wanita berumur kira-kira 29 tahunan, di sebelahnya ada gadis umurnya 13 tahun.Setelah kuletakan tas kantor di kamar tidur aku ikut nimbrung mengobrol dengan istriku dan tamunya yang aku ketahui wanita itu adalah calon pembantu di rumah kami, dia seorang janda cerai
namaku anto anak dari toni papah dan andarimamah. papah seorang bisnisman yang supersibuk dan jarang sekali berada di mamah seorang ibu rumah tangga biasa yang suka mengisi waktunya denganmengisi ceramah pengajian ibu2, mamah mengisi acara pengajian bukan karena inginmengincar uang tapi hanya karena ingin mengisi waktu luang saja karena pada dasarnya untuk segi ekonomi keluarga kita cukup berada, mamah lulusan salah satu PTN dari jurusan yang berhubungan agama makanya mamah cukup pandai untuk mengisi acara pengajian ibu2 atau ceramah. waktu itu hari sabtu aku sedang di sekolah untuk latihan ekskul futsal, pada hari sabtu tidak ada kegiatan belajar mengajar. aku latihan futsal dari jam 8 sampai dengan jam 10, aku memiliki kebiasaan langsung bermain dengan teman2 atau tidak langsung pulang ke rumah. pukul 9 latihan futsal kami dihentikan karena memang sedari awal pelatih kami terlihat kurang sehat makanya latihan kami hanya dibimbing sebentar dan selebihnya kami dibebaskan memilih untuk latihan sendiri atau pulang. entah kenapa hari itu aku malas sekali untuk bermain dan lebih memilih untuk pulang. sekitar 20 menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumah, yang aku tau rumahku sedang tidak ada siapa2 karena papah sedang keluar kota sementara mamah sedang mengisi acara pengajian di komplek sebelah. sesampainya di rumah sebelum memasukan motor, dari luar gerbang rumah aku melihat mobil mamah masih terparkir di garasi rumah kami dan di sebelah mobil mamah terlihat ada sepeda motor jadul yang tak lain aku sering liat motor tsb dipakai oleh pak rt. kutengok ke arah pintu rumah ternyata tertutup rapat, aku menjadi curiga kenapa mamah ga jadi perginya? kenapa ada pak rt? kalo bener ada pak rt kenapa pintunya ditutup rapet gitu? setelah banyak pertanyaan terlintas di pikiranku akhirnya kuputuskan untuk memastikan sendiri apa yang terjadi. aku putar balik motorku dan aku sembunyikan di pos satpam lalu aku kembali ke rumah, perlahan tanpa menimnbulkan suara kubuka gerbang dan memasuki halaman rumah, aku berjalan perlahan ke arah kebun samping rumah yang dimana disitu ada jendela yang bisa melihat isi di ruang tamu. saat semakin dekat dengan jendela aku mendengar suara aneh dari ruang tamu, suara itu cukup familiar. yang tak lain suara itu adalah suara yang sering kudengar saat menonton bokep, ya suara itu adalah suara desahan orang yang sedang asik ngentot. aku jadi makin penasaran apa yang terjadi di dalam. saat ku dekatkan wajahku ke jendela dan melihat kejadian di dalam aku sangat terkejut dan tercengang dengan pemandangan di dalam. mamah masih dengan menggunakan gamis tadi pagi yang dipakai katanya buat mengisi ceramah di komplek sebelah, tetapi bedanya gamis yang tadi pagi sebelum aku berangkat ke sekolah dengan gamisnya yang sekarang adalah gamis tadi pagi yang berwarna putih itu begitu rapih. sementara yang sekarang terangkat bagian bawahnya sampai ke perut dan masih lengkap dengan jilbab putihnya sedang asik menunggangi pak rt. terlihat pak rt sudah tidak memakai celana tetapi masih memakai baju kemejanya. awal banget aku melihat pemandangan itu sungguh kesal, bt dan cemburu tapi tak lama berselang itu semua terganti menjadi rasa pensaran dan nafsu lihat mamah bermain seks, walaupun aku tidak melihat tubuh mamah dengan jelas karna masih memakai pakaiannya, mungkin hanya bagian kaki dan pahanya yang bisa terlihat oleh aku. mamah “pak uuuhhh enak bangett pak..hmmm uuuhhh” pak rt “iya bu memek ibu juga legit banget..jarang2 dapet iuran bulanan rt dibayar pake memek ustajah binal hehe” terlihat mamah masih asik menggenjot dari atas, kadang maju mundur, atas bawah bahkan memutar m mamah “siapa yang ustajah binal uuuhhh pak rt hmmm?” pr pak rt “ya ibu dong hehe.. siapa lagi.. nih buktinya mau ngentot sama saya..” m “hehe bisa aja pak rt.. saya kan mau ngentot sama pak rt cuma itung2 amal saja hhihi.. nanti siapa tau dapet pahala bikin seneng orang dan juga buat bayar hmmm iuran RT, abis saya ga ada receh buat bayarnya hihi uuhhhh” aku kaget dengan perkataan mamah barusan, jadi mamah melakukan ini karena ingin membayar iuran bulanan, murahan sekali mamahku ini pikirku pr “asik.. berarti bisa rutin dong beramal ke saya nya? uuuhhh terus bu goyang hhmmm” m “tergantung pak, kalo iuran rt ya konsisten cuma tiap bulan dong hehe nah kalo beramal baru deh itu seminggu sekali dan tiap hari sabtu, kalo sabtu depan yang datang duluan bukan bapak ya berarti rezeki orang lain hehehe uuuhhhh hmmm” pr “wah kalo bukan saya bararti rezeki siapa tuh? hmmm” m “kan kata saya tergantung, bisa tukang sayur, pak satpam atau siapa aja yang datang duluan hihi uuhhhh hmm” pr “terus kalo saya, pak satpam sama tukang sayur dateng bersamaan gimana tuh? hehe” m “ya ga gimana2 pak, berarti semuanya saya kasih amal bareng2 hehe uuuhh” pr “wah kita semua gantian dong masuk sini nya buat ngegilir ibu hehe” m “hmmm uuhhh ngapain mesti gantian pak? ga aahhhh perlu ada yang saling nunggu hihi” pr “maksudnya bu? aahhh” m “ya kalo yang dateng2nya bareng2 aaahhh cuma bertiga langsung aja pada masuk ke rumah, mmmhhh ga usah saling nunggu, emang saya beras zakat mesti diantriin hihi” pr “kalo ga nunggu gimana dong bu uuhhh?” m “ya kalo cuma bertiga kan pas tuh bisa bareng2 uuuhhh hihi, yang hmmm satu di memek, satu dianus dan satu lagi mulut hmmmm uuhh hihi, kcuali kalo lebih dari tiga, hmmm sisanya yang ga kbagian ya berarticuma kebagian grepe2 doang hihi” pr “hmm dasar ustajah binal..” tiba2 pak rt memeluk tubuh mamah dan memutar tubuh mereka, sehingga kini pak rt ada diatas mamah sedang menunggangi mamah. pak rt menggenjot mamah dengan tempo cepat. pr “aaahhh terima nih peju gua uuhhhh aaahhh” m “jangan dulu pak rt uuuuhhhh tahan dulu aaahhh” pak rt menekan makin dalam dan tiba2 dia agak kejang2, nampaknya pak rt orgasme pr “aaahhh ga tahan saya bu hehe” terlihat raut wajah mamah sempet kecewa tapi dengan sekejap dirubah lagi menjadi senyuman manis m “gpp kok pak rt, yang penting pak rt puas kan?” tanya mamah dengan kontol yang masih menancap di memek mamah pr “puas dong bu, hehe” kata pak rt sambil kepalanya sandaran diatas tetek mamah yang masih tertutup gamis, dan tangan pak rt mengelus2 tetek mamah setelah istirahat beberapa menit pak rt bangkit dan mencabut kontolnya, pluuup bunyinya. terlihat cairan keluar dari memek mamah. m “uuhhh ga mau lanjut ronde dua nih pak? hihi” kata mamah genit sambil mengedipkan mata sebelah dan meremas2 toketnya sendiri pr “duh maaf bu ga bisa, saya mau nagih ke tetangga lain.. seandainya ga ada kegiatan saya mau full disini terus deh genjotin ibu hehe” m “alah kayak yg kuat aja, yaudah sana gih pergi hihihi” pr “ok bu saya pergi dulu ya, assalamualaikum” pak rt keluar rumah setelah sbelumnya telah memakai pakaian m “walaikumsalam” kata mamah menjawab tapi masih dengan posisi tadi, gamisnya terangkat sampai keperut dan memek dengan jembut dibentuk segitiga diatas memeknya terekspos kemana2. tak lama terdengar suara motor pak rt pergi. aku pikir pertunjukan show mamah secara langsung sudah beres, tetapi saat aku hendak pergi meninggalkan tempat mengintip ku tadi aku melihat mamah menarik nafas panjang dengan raut wajah yang sedikit kecewa, lalu terlihat mamah mengambil sesuatu dari tas kecilnya dan saat benda itu keluar aku kaget sekali mamah punya benda seperti itu, benda itu adalah vibrator kecil berbentuk kontol. mamah lalu menyalakan vibrator tersebut dan menggesek2annya di memeknya m “hmmm uuuhhhh aaahh” mamah terus orgasme selama beberapa menit, setelah beberapa menit berlalu terlihat badan mamah kaku dan menegang dan tak lama mamah sedikit mengejang. mamah baru saja orgasme waktu itu. nafas mamah sangat memburu waktu orgasme. setelah istirahat beberapa menit mamah terlihat sangat lelah dan tak lama terdengar mamah seperti tertidur. saat ini aku yakin kalo ga ada pertunjukan lainnya lalu aku putuskan untuk pergi. aku pergi mengambil motorku dan memasukannya ke garasi. aku pikir saat itu mamah terbangun oleh suara motor. saat aku masuk ruang tamu terlihat mamah masih tertidur diatas sofa dengan kaki mengangkang dan memek indah nya terekpos dengan bebasnya. kali ini aku bisa melihat langsung tanpa terhalang jendela kaca lagi. begitu indah memek mamah ditambah cairan meleleh dari sela2 memeknya, mungkin itu bekas pergelutannya dengan pak rt tadi. aku begitu nafsu melihat mamah dalam posisi seperti ini dan juga berkhayal bisa menggenjotnya. setelah dipikir2 sebentar aku tak peduli mamah akan marah atau bagaimana yang penting saat ini aku haru bisa menikmati mamah. kuputuskan untuk ngentot dengan mamah sekarang. kubuka seluruh baju dan celana ku hingga bugil. lalu kudekatkan ke tubuh mamah, terdengar dengkuran halus dari mamah. aku ingat dengan film yang aku tonton biasanya kalau mau ngentot harus pemanasan dengan ciuman, raba2 dll tapi saat itu aku tidak mau melakukannya karena takut keburu mamah bangun dan melabrak aku ditambah akunya juga sudah tidak tahan. kudekatkan kontolku ke memek mamah yang sangat basah itu. setelah kepala kontolku nempel dengan permukaan memek mamah, mamah menggelinjang dari tidurnya. kutekan perlahan kontolku, entah kenapa walaupun basah aku agak sulit memasukan kontolku. blleessshh akhirnya kepala kontolku masuk. tiba2 mamah bersuara, saat kulihat mukanya mamah masih memejamkan matanya dan merintih m “hmmm pak rt balik lagi? ketagihan ya? hehe uuhhh” ternyata mamah menganggap bahwa yang sedang menyetubuhinya pak rt. mamah berbicara dengan nada halus sekali, terlihat mamah lemas sambil merintih keenakan, aku ga berani menjawabnya karena takut ketahuan. m “ayo dong lanjutin.. masa diem aja pak rt” ditegur sperti itu membuat ku tersadar untuk cepat menuntaskan ini takut keburu mamah sadar sepenuhnya. kutekankan kembali kontolku dengan susah payah. m “duh kok kontolnya jadi ngegedein sih pak rt? hmmm enak nih uuhhh” bllleesss akhirnya kontolku masuk semua m “aaaahhhhh gila enak banget uuhhh gede, ayo genjot pak..” aku genjot dengan tempo perlahan, sebisa mungkin aku tidak mengeluarkan suara ataupun desahan. permainan kami terus meningkat dari yang perlahan mulai dinaikan temponya sleb sleb sleb tak lama mamah bersuara m “pak saya keluar uuuhhhh aaahhh” berasa sekali kontolku seperti disiram air hangat. kudiamkan sejenak kontolku agar memberi waktu mamah menikmati orgasme nya. m “hmm permainan bapak lebih enak dari yang tadi hihi uuhhh” entah kenapa mamah masih malas untuk mebuka mata padahal aku yakin kalau dia sudah bangun dari tidur dan sadar sepenuhnya. setelah istirahat beberapa menit tiba2 mamah menggoyang2kan badannya agar kontolku keluar masuk di dalam memeknya, ini kode agar aku memulai kembali genjotannku. ku mulai ronde kedua, sleb sleb pertama dengan genjotan perlahan, dilanjutkan agak tinggi temponya m “ayo lebih keras pak uuuuhh teruss aahhh” saat genjotan dengan tempo sangat tinggi aku melakukan kesalahan yang sangat fatal a aku “iya mah uuuhh” seketika aku sadar dan menutup mulutku dengan tangan. genjotan mamah pun berhenti tiba2, lalu mamah membuka mata m “anto.. apa yang kamu lakuin?” terlihat mamah melotot sambil berbicara dengan ku dengan nada tinggi a “hmmm annuu…” aku tidak bisa jawab apa2 dan hanya menundukan kepala karena sudah terlanjur malu dan takut, tetapi kontolku masih menancap di memek mamah m “berani2nya ya kamu, nanti mamah laporin ke papah biar ga dikasih uang jajan lagi” aku sangat takut waktu itu, kalau bener dilaporkan bukan saja uang jajan tapi aku bakal ga dianggep jadi anaknya lagi mungkin. mamah terus memarahiku panjang lebar, sementara aku hanya bisa menunduk dan manggut2 saja, anehnya saat dimarahi yang menurutku cukup lama itu kontolku masih menancap di memek mamah, jadi saat itu mamah memarahiku masih dengan posisi memeknya disodok kontolku. m “sekarang liat mamah anto” masih dengan nada tinggi, kuberanikan diri menatap wajah mamah m “kenapa kamu berani melakukan ini sama mamah?” aku masih belum bisa menjawabnya karena masih ketakutan, anehnya kontolku tidak menciut saat dimarahi mamah m “sekarang cabut itu..” kata mamah sambil menunjuk ke arah kontol ku dan dengan masih nada marah. perlahan ku cabut kontolku sambil kulihat wajah mamah m “uuuhhhhh…” terdengar mamah mendesah halus saat kontol ku dicabut plluupp. aku melihat mata mamah melirik kontolku saat sudah tercabut dan gigi mamah menggigit sedikit bibir bawah mamah, seperti ekspresi orang yang sedang pengen. tapi itu tak berlangsung lama, mamah kembali memarahi ku. tapi bedanya saat ini aku dimarahi mamah sambil mata mamah sering melirik kontolku yang tak loyo2. bagaimana bisa loyo, orang dimarahinnya sambil di tontonin memek mamah, saat itu gamisnya masih belum dibenerin jadi aku masih bisa melihat memek mamah. m “oke sekarang mamah mau telpon ke papah buat ngelaporin kelakuan kamu” kata mamah berdiri dan menurunkan gamisnya sehingga memeknya kini tertutup gamisnya a “jangan mah pliiisss” m “kelakuan kamu sudah kelewatan mamah mesti lapor ke papah biar kamu dikasih hukuman sama papah” a “jangan mah nanti bisa diusir dari rumah anto nya” kata ku mengiba, mamah berpikir sejenak m “yaudah gpp papah ga jadi mamah kasih tau, biar mamah sendiri aja yang ngehukum kamu” masih dengan nada jutek dan marahnya, aku hanya bisa mengangguk. mamah lalu berjalan ke pintu depan dan kepala nya keluar den celingak celinguk kiri kanan, lalu mamah masuk kembali dan mengunci pintunya m “mamah masih bingung menghukum apa ke kamu, mestinya mamah nanya ke papah” p “jangan mah plisss” m “yaudah gini aja deh hukumannya” dengan nada jutek, mamah kembali ke sofa ruang tamu. jika orang ingin duduk biasanya mendaratkan pantatnya terlebih dahulu tetapi mamah tidak, dengan gerak sangat perlahan mamah mendaratkan lutunya terlebih dahulu yang pertama kiri dan yang kedua kanan, kini lutut mamah ada di sofa. posisi mamah menghadap belakang sofa dan membelakangi ku. tangan nya memegang sandaran belakang sofa, mamah agak menungging. aku bingung apa yang dilakukan mamah. m “yee malah diem, mau hukuman mamah apa hukuman dari papah nih?” kata mamah yang lagi2 dengan nada jutek dan marah. aku bingung setengah mati apa yang mamah lakukan dan apa yang mesti kulakukan a “ga mau dihukum papah” m “yaudah berarti hukuman mamah aja, yaudah cepet” aku bingung mesti ngapain m “yee malah bengong.. nih biar jelas deh hukumannya apa” tiba2 mamah mengangkat kembali gamis bagian bawahnya sampai perut sehingga memeknya kembali terlihat tapi kini dari arah belakang. aku masih bingung, takut dan tidak percaya apa yang mamah lakukan, karena mamah masih bebicara seperti org marah tetapi malah memberi tontonan memeknya m “hehehe anto sayang, mamah cuma akting kok marah2nya, seneng aja liat kamu ketakutan gitu hehe. kontolnya masih bangun aja tuh, yyukkk sini sayang sodok mamah lagi, masih nafsu sama mamah kan?” kata mamah dengan nada lembut halus dan sedikit centil, beda 180 derajat dengan yg tadi a “bener mamah ga marah?” m “ya awalnya mamah marah tapi dipikir2 kasian kamu juga yang masih kena tanggung gitu hihi” a “kasian ke anto apa kasian ke mamah sendiri tuh yang masih nanggung? hehe” m “hahaha iya iya deh mamah ngaku, abis kontol kamu tuh bandel banget masuk memek mamah tanpa permisi, yaudah jadi mamah mau hukum deh hehe, masih nafsu sama mamah kan sayang?” a “hmm iya masih mah hehe” m “yaudah kalogitu genjot mamah lagi dong kayak tadi, tubuh mamah buat anto seorang hihi” aku kembali mendekat ke mamah, ku raba2 pantat mamah, pllaaakkk ku tampar pantat mamah m “aaaawwww kok ditampar sih?” kata mamah sambil menggigit bibir bagian bawahnya a “abis nakal sih pake maen sama pak rt sgala hehe” plllaaakkk m “uuhhhhh loh sayang kamu liat mamah sama pak rt tadi?” mamah agak kaget sambil mendesah karna ditampar a “iya mah hehe” m “jangan kasih tau papah ya? kamu ga marah kan sayang?” a “ok siap mah, ngga kok malah anto seneng liat mamah binal gitu apalagi masih pake jilbab hehe” m “hmm dasar anak mamah ini hihi, oh jadi kamu seneng mamah masih pake jilbab?” a “iya mah seneng banget hehe” m “yaudah kamu boleh deh nampar pantat mama lagi biar kamu seneng hehe” pllaaakk aku tampar kembali pantat mamah a “tuh 3 kali tamparan karna udah selingkuh dan binal hehe” m “dduuuuhhh gimana ya” kata mamah dengan berlagak seperti orang mikir m “kayaknya anto mesti nampar mamah 3 kali lagi deh soalnya mamah maen sama kamu tadi hehehe” a “hmmm dasar ppllaaakk pllaakkk pllaakk” m “uuuhhh aaaahhh uuhhhh” mamah terus mendesah saat kutampar m “enak banget sayang uuuhhhh, masukin kontolnya skrg dong sayang” a “ok mam” kuarahkan kontolku ke memek mamah, kugesek2an kepala kontolku di permukaan memek mamah m “hmm sayang masukin sekarang kontol kamu.. mamah ga tahan aaaaahhhhh uuhhhh” tiba2 mamah menegang dan agak mengejang. ternyata mamah orgasme hanya dengan digesek2 kontol m “tuh kan mamah keluar deh hihi, ayo sayang masukin skrg” perlahan kutekan kontol ku, agak susah tapi akhirnya semuanya masuk, blleessshhh m “uuuhhh gede banget kontol kamu sayang aaaahhh genjot ya aaahhh” a “ok mam uuhhhh slleb sllebb sllebb” m “uuhhh aaahhh uuhhhh” selang beberapa menit kugenjot dari yang tempo perlahan hingga cepat dan akhirnya mamah kembali orgasme m “aaaahh sayangg mamah keluar lagi, kamu masih belum keluar?” a “belum mah hehe” m “kok kuat banget sih? hayoh kamu sering maen cewek ya? makanya bisa kuat?” a “ngga kok mah sumpah deh” m “wah brrti masih perjaka dong? hihi” a “tadinya sih iya tapi kan skrg udah direbut sama mamah hehe” m “hmm dasar, ganti gaya yuk ah, cabut dulu kontol kamu..” pllluuup aku cabut kontolku, terus mamah menyuruhku rebahan diatas karpet ruang tamu, lalu mamah memasukan kembali kontol ku, kali ini dengan gaya mamah diatas. m “uuuhh aaah hmmm uuhh aaahhhh” mamah menggenjot ku maju mundur, atas bawah kadang memutar m “mau sambil nyusu sayang?” a “mau.. tapi ribet ah mesti lepas baju dulu uuhh aaahhh” m “ga usah lepas baju kok aaah mmhhh” tiba2 sreeeekkk, mamah menari baju nya dari arah kerah leher hingga sobek sampe perut. terus mamah mengeluarkan teteknya dari luar baju gamisnya a “kok disobek mah? ga sayang tuh?” m “abis tanggung sih hehe males lepasnya. nih nyusu sayang uuhhh” a “mamah ga pake bh? dari tadi?” m “hehe mamah lepas bh nya pas tadi liat pak rt mau ke rumah hihi” a “hmmm dasar uummhhh mmpphh ssrrruuppp,” sambil digenjot mamah aku nyusu ke tetek mamah m “ahhh terus sayang aaaahh uhhhh” cukup lama di posisi ini hingga aku udah mau orgasme a “mah anto mau keelluuarr uuhhh” m “bareng ya sayang mamah juga maauu keluarr aahhh” genjotan mamah makin cepat. crroott crrroott cret cret cret akhirnya kami orgasme bareng2 di dalam memek mamah a “enak mah uuhhh” m “iya sayang enak hha uuh ahh uhh” suara mamah masih ngos ngosan dan ambruk diatas tubuh aku m “makasih ya sayang, mamah ga pernah seenak ini” mama mengecup keningku a “sama2 mah, lain kali boleh lagi ga?” m “boleh dong sayang, kalo ga ada papah kamu bebas nyodok dan genjot mamah kok d rumah ini hehe” a “asiiikk” kulihat jam sudah menunjukan pukul 11 siang. mamah masih ambruk diatas tubuhku karena kelelahan dan tak lama kami berdua tertidur diatas karpet ruang tamu dengan kontolku yang masih menancap d memek mamah. pukul aku terbangun dan masih dengan posisi sama, mamah diatas aku dan kontol aku masih menancap di memeknya. perlahan aku sedikit memiringkan tubuh agar mamah bisa lepas dan rebahan di samping aku. plluuupp aku lepas kontolku, keluar cairan sangat banyak sekali dari memek mamah. karena kasihan mamah tertidur di karpet akhirnya aku putuskan untuk menggotongnya dan membawanya ke kamar, aku rebahkan kembali mamah diatas kasur di kamar mamah. tadinya aku ingin ikut tidur disampingnya, tetapi saat melihat mamah dengan keadaan gamis putih yang acak2n dan tetek memek nya terekspos kemana2 tetapi masih mengenakan jilbab menjadi sensasi tersendiri dan tanapa sadar membuat kontolku berdiri lagi, karena kasihan dengan mamah yang terlihat capek maka aku putuskan untuk mengocoknya saja menggunakan tangan sambil tangan satu lagi meremas tetek mamah. saat hendak ingin keluar aku dekatkan kontolku ke wajah mamah dan akhirnya ccrroo crroot cret cret cret aku nyemprotin sperma ku ke wajah mamah sebagian mengenai jilbabnya. mamah tidak terbangun dari tidurnya, setelah keluar semua aku mengelapnya dengan jilbab mamah dan kuputuskan untuk ikut tidur disamping mamah. saat asik tertidur aku merasa kontolku ada basah2 enak, setelah kubuka mata aku, kulihat ke arah bawah yaitu arah kontolku, ada kepala lengkap dengan jilbabnya sedang asik menjilati kontolku dan ternyata itu adalah mamah. mamah saat itu sudah berpakaian rapi lengkap dengan jilbabnya. m “eehhh udah bangun sayang” kata mamah masih sambil menjilati kontol ku a “mamah ngapain mah hhmmm” kataku yang masih setengah sadar m “ya bangunin kamu lah, liat tuh udah jam brp?” kulirik jam dinding ternyata sudah jam 4 sore. m “tadi kamu yang nyemprotin sperma di muka mamah?” a “hehe” aku hanya ketawa ringan ditanya seperti itu oleh mamah m “hmmm ssrrruupp kering tau muka mamah, mmpphh nyyyammm jadi lama aja mandinya” kata mamah sambil diselingin menjilat kontolku a “hehe maaf deh, emang mamah ga suka?” m “ya suka sih hehe hmm mmuuaahh ssrrllele” a “dihh dasar hehe, mah tadi katanya cuma mau bangunin anto, anto udah bangun nih, kok masih asik aja tuh maenin lolipop hehe” m “ini lagi ngebersihin sisa yang tadi, kamu tuh ya mau tidur bukannya dicuci dulu kontolnya, jangan dijadiin kebiasaan ya hhmm ssrrruupp” a “bodo ah mau dijadiin kebiasaan aja, biar tiap bangun tidur mamah ada kerjaan buat bersihin kontol anto hehe” m “hmm dasar.. yaudah deh mamah sekarang fungsinya jadi pembersih kontol anto, asal anto bisa muasin mamah terus kayak tadi aja hehe” a “ok siap mah, tuh kontol anto berdiri lagi, tanggung jawab mah hehe” m “yasudah pake mulut aja ya? hihi” lalu mamah lanjut mengulum kontol ku. jujur saja aku masih tidak percaya dengan kuluman mamah yang begitu lihai, aku tidak tahu mamah belajar dari mana, setau aku lingkungan mamah itu ibu2 pengajian saja, kecuali tadi aku melihat dia maen sama pak rt. aku keenakan di sepong mamah hingga muncrat di mulut mamah. mamah tidak langsung menelannya, tapi memperlihatkan ke aku dan memainkan dimulutnya lalu ditelan. akhirnya seharian itu kita terus bermain di rumah sampe sama2 lemas untuk esok harinya
Search Cerita Jilat Anus Bu Haji. Kulihat Bu Rini agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak Lama-kelamaan hanya rasa enak yang terasa Pak Yono pun menjerit keenakan Lemes banget ni badan”kataku dengan agak sedikit di beri rintihan ^^ “Terlalu letih ya Van?” kata bu dewi Cerita Panas Ayahku Ngentot Bibi Surti Yang Bahenol, bokep 3gp smu
– Aku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu .. Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini.. Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku. Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu. Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain. Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya. Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku. Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu. Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu. Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an. Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong. Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh. Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya. Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku. Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal. Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung. Sekali aku nyeletuk, N’tar dilihat orang Pak’, Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia. Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora, Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik .. Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku .. Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’. Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’. Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain sejam’?? Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain. Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku. Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini. Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya. Nyampai Dik Mar ..’, Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu. Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini.. Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku. Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk. Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini. Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing. Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, Sini Dik Mar .. , uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku. Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini. Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’. Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku. Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee.. Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu. Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku .. Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass .. Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya. Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme. Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku. Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini. Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu. Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass.. Category Cerita Sex Tags agen seks, cerita indo sex, cerita panas, cerita panas 2018, kisah seks
CeritaSex Dewasa | Sudah tak terhitung berapa kali aku dan Bu Suti melakukan hubungan layaknya suami istri "Sudah malam Bu saya mau pulang" Singkat cerita sesudah urusan bayar membayar dan pesan memesan selesai, aku pangku Bu Yanti di sofa, aku usap-usap pipinya yang kenyal dan berkulit halus sekali Foto Memek Bu Haji | Girl Picture kontol
Poker Online – Hambali adalah ketua RT di daerah tempat saya tinggal. Dia sering datang ke rumah saya untuk mengumpulkan uang lokal dan biaya air bersih. Dia adalah seorang pria berusia 50-an dan memiliki dua istri. Memang orang yang benar mengatakan bahwa dia adalah orang tua, buktinya adalah ketika saya berada di rumah saya saat saya lewat di depannya, matanya sering menatap saya seolah matanya transparan di balik pakaian saya. Bagi saya tidak apa-apa, saya senang jika tubuh saya dikagumi oleh pria, terkadang saya memakai gaun rumah seksi saat saya lewat di depannya. Aku yakin dalam pikirannya pasti penuh dengan hal-hal kotor tentang diriku. Suatu hari saya di rumah sendiri. Saya melakukan kebugaran untuk menjaga bentuk dan stamina tubuh saya di ruang belakang rumah saya dengan beberapa peralatan fitness yang tersedia. Saya memakai baju bagus dan menyerap keringat dalam bentuk lengan tanpa lengan tanpa lengan hitam dengan belahan dada rendah sehingga payudara montok saya sedikit menusuk terutama saat saya melihat ke bawah terutama karena saya tidak memakai bra, juga celana pendek ketat yang tercetak padam saya. pantat. Ketika saya melatih paha saya, tiba-tiba bel berbunyi, saya segera mengambil handuk kecil dan mengelap keringat sambil berjalan ke pintu. Saya melihat dari jendela, Mr Hambali yang datang, dia ingin mengumpulkan biaya pipa ledeng, yang ayah saya percayakan kepada saya pagi ini. Aku membuka pagar dan mengundangnya masuk “Tolong Pak duduk ya, sambil menungguku mengambil uang” Senyumku dengan ramah mengajaknya duduk di ruang tamu “Seberapa tenangnya, di mana kau?” “Papa hari ini pulang, tapi uangnya sudah dititip ke saya kok, mama juga lagi arisan teman sama” Seperti biasanya, matanya selalu menatap tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat. Saya juga menyadari bahwa dadaku mengintip saat dia menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya. “Minum Pak” tawark saya lalu saya duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kanan saya sehingga paha dan putih saya lebih terlihat. Nuansa teduh mulai terasa di ruang tamu yang nyaman Dia bertanya kepada saya seputar masalah orang muda, seperti ceramah, hobi, keluarga, dan lain-lain, namun matanya tetap telanjang. “Bayangkan citra olah raga dengan baik, karena badan wajah berkeringat merah lagi” katanya “Iya ya pak, wajar kalau cewek harus menjaga jenazahnya, sekarang pas banget banget banget ya, mau dipijat itu, ayah bisa bantu pijitin ga?” Aku menggoda saat dia mendorong pahaku. Poker Online – Tanpa diminta lagi dia langsung bangkit dan bergerak disampingku, sambil berdiri aku melihat dia melihat putingku menonjol dari balik bajuku, juga kulihat kontolnya ngaceng yang berat membuatku tidak sabar untuk pegang benda itu. “Biar Dik, kesinikan kaki izinkan saya memijat” Saya kemudian mengubah posisi duduk saya ke samping dan menempelkan kaki saya ke arahnya. Dia mulai memijat pahaku ke betisku. Uuuhh … pijatannya benar-benar bagus, telapak tangannya yang kasar membelai paha putih mulusku membangunkan birahku. Aku menghela napas saat menggigit bibir bawahku. “Pijat ayah yang bagus ya Dik?” Dia bertanya “Ya pak, tetap dong … enak … .mmhh!” Aku terus menghela nafas Pak Hambali, desahku kadang kuhadapi dengan meregangkan tubuh. Dia berani mengelus paha bagian dalam tubuhku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya “Enngghh … pak!” Aku mendesah lebih intens saat merasakan jari-jarinya mengelakkan bagian itu Tubuhku semakin menggelinjang jadi nafsu Pak Hambali malah bertambah dan tak terbendung. Celana olahraga saya ditarik keluar dengan celana dalam saya. “Aryw …!” Aku berpura-pura kaget saat menutupi pangkal paha dengan telapak tanganku. Melihat reaksi adikku yang tak tahu malu, dia semakin bersemangat, dia menarik celana yang telah tertarik ke lutut dan kemudian dilemparkan ke belakang, kedua tanganku menutupi alat kelamin juga terbuka sehingga rambut berambut tebalku terlihat padanya, klistor merah dan cokelatku. Sudah siap untuk masuk Hambali tertegun sejenak memandangi saya yang terbaring telanjang. “Kamu yang sempurna Dik Citra, dari masa lalu ayah sering membayangkan ngent * kalengmu, akhirnya hari ini juga mencapai” rayunya Poker Online – Dia mulai melepas bajunya agar bisa melihat perutnya yang gemuk dan dadih berbulu. Kemudian ia membuka ikat pinggang dan celananya sehingga benda di belakangnya sekarang bisa terangkat kencang dan tegak. Aku menatap takjub pada organ, begitu besar dan mengakar sehingga aku tidak sabar untuk ambil dan menyedotnya. Pak Hambali membuka pahaku dan mengubur kepalanya di sana sehingga selangkanganku menghadap wajahnya. “Hhmm … wangi, pastinya adik rajin merawatnya dengan baik” gumamnya sambil menghirup selangkanganku yang dipelihara dengan baik dengan sabun pembersih wanita. Sesaat kemudian aku merasakan hal yang lembut dan basah menggelitik vaginaku, oohh … lidahnya menjilat klausulku, kadang menusuk pangkal pahaku. Lidah tebal dan kumisnya sangat menarik bagi saya, saya sangat terhibur sehingga saya menghela napas tak tertahankan saat saya meremas rambutnya. Tangannya meluncur di bawah kemejaku dan mulai meremas payudaraku, jari-jarinya yang besar bermain liar di sana, meremas putingku dan memelintirnya sampai mereka tumbuh lebih keras. “Pak … oohh.. aku juga mau … pak!” Aku mendesah tak tahan ingin menghisap penis. “Kalau begitu bapak turun ya ya dik” katanya sambil mengatur posisi kita sedemikian rupa agar bergaya Aku menaiki wajahnya dan membungkukkan badanku, meraih benda kesukaanku, dalam cengkeramanku, aku dengan lembut mengayunkan sambil menjilatnya. Aku menggerakkan lidahku di sepanjang tongkat, kesaksiannya sesaat, lalu menjilati lagi sampai akhir dimana aku mulai membuka mulutku untuk menelannya. Oohh … batangnya begitu gemuk dan berdiameter lebar seperti badan pemiliknya, jadi saya juga harus membuka mulut lebar-lebar agar bisa mamasukkannya. Aku mulai mengisapnya dan menggosok testis dengan tanganku. Hambali mendesah dengan senang menikmati permainan saya, sementara saya juga merasa geli di sana, saya merasakan ada gerakan berputar-putar di dalam vagina saya dengan jari-jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama membelai klausa dan bibir vagina saya, tidak hanya itu, miliknya. Lidah juga menjilat anus dan vagina saya. Betapa sensasinya yang hebat sampai pinggul saya goyang untuk menikmatinya, juga lebih mengulum penisnya. Selama 10 menit kami menikmatinya sampai ada sedikit kesal dengan suara HP Pak Hambali. Aku melepaskan penisnya dari mulutku dan menatapnya. Hambali menyuruh saya untuk membawa ponselnya di meja ruang tamu, lalu dia berkata Poker Online – “Ayo pergi, terus karaokenya dong, izinkan saya bilang dulu di telepon” Aku tanpa ragu menelan kontolnya lagi. Dia berbicara tentang HP sementara penisnya diambil oleh saya, tidak tahu siapa yang harus diajak bicara, saya hanya berpikir, yang harus saya coba untuk tidak membuat suara aneh. Tangan lain yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkangan saya, terkadang menyelipkannya ke dalam vagina dan anus saya, terkadang meremas pantat pantat saya. Tiba-tiba dia menggeram saat menepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena itu pertanggungjawabanku malah lebih mengasyikkan dan menyedot penisnya sampai dia berusaha menahan duka cita karena masih harus terus melayani. percakapan. Akhirnya muncratlah cairan putih di mulut saya yang saya minum langsung seperti haus, cairan yang menempel pada penisnya juga saya menjilat sampai tidak ada yang tersisa. “Tidak apa-apa … tidak apa-apa … hanya tenggorokan saya ada sedikit masalah” katanya di HP Tak lama kemudian ia menutup ponselnya, lalu bangkit dan meletakkanku di pangkuannya, tangan kirinya didukung di tubuhku. “Wah … dikitra gambar ini juga keras kepala ya, apakah kamu sudah diperintahkan untuk berhenti dulu, eee … malah dibikin lagi, untung ga curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku “Hehehe … sori deh pak, sudah jadi tanggung jawab saya untuk makan aja, tapi ayah seneng kan” kataku dengan senyum nakal. “Hmm … kalau begitu awas ya sekarang ayah balas membuatmu keluar ya” nyengir, lalu dengan cepat tangannya tergelincir di antara pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuk mendorong dan menusuk vagina saya, saya meringis saat merasakan jari-jari bergerak lebih cepat untuk bermain dengan nafsu saya. Hambali menarik bajuku tanpa lengan dari bahunya dan menyelipkannya melalui lengan kananku, jadi sekarang dadaku yang putih montok muncul. Dengan gairah langsung ia menghancurkan benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit sedikit saat menggigit putingku dan mengisapnya keras, bola mungil itu sepertinya mengencang. Dia membuka mulutnya terbuka lebar agar sesuai dengan semua payudaraku ke dalam mulutnya, di dadanya payudaraku tersedot, merajuk, dan menjilat, rasanya dia ingin memakanku. Sementara pangkal pahaku basah kuyup dengan jari-jarinya, jari-jarinya menusuk lebih cepat dan lebih dalam. Sampai suatu saat nafsu saya terasa sudah di atas, mengalir cairan cintaku dengan cepat. Saya menjepit paha saya di bawah geli saya sehingga tangannya terjepit di antara paha halus saya. Poker Online – Setelah ia menarik tangannya dari pangkal paha, nampak jari-jarinya sudah tertutup oleh cairan bening yang saya lepaskan. Dia menjilat cairan saya yang dijarinya itu, saya juga ikutan menjilat jarinya untuk merasakan cairan cinta saya sendiri. Lalu dia memasukkan tangannya lagi ke pangkal paha, kali ini dia membelai daerah itu seakan menyekanya. Telapak tangannya penuh sisa cairan yang dibalurinya di dadaku “Sayangnya jika dibuang, itu boros” katanya Lagi-lagi lidahnya menjilat dadaku yang basah, sementara aku menjilat cairan di tangannya yang diserahkan kepadaku. Tanganku yang satunya meraba-raba dan meraih penisnya, yang dirasakan olehku batangnya sekarang mengeras lagi, siap untuk memulai aksi selanjutnya. “Enggh … masuk aja aja, sudah mau nih” Dia membalikkan tubuhku, tepat di depannya, tangan kanannya mencengkeram penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Saya membuka bibir vagina saya untuk menyambut masuknya objek. Setelah saya merasa bugar saya mulai menurunkan tubuh saya, perlahan tapi pasti penis mulai tenggelam di pangkal paha saya. Sukacita liar saya membuat Pak Hambali menghela napas lega, untungnya dia tidak menderita penyakit jantung, jika memang kambuh. Baju saya yang masih di bahu kiri menurunkannya sehingga baju itu menggantung di perut saya dan payudara kiri saya terpapar. Tampaknya perbedaan antara kiri masih bersih dengan sisi kanan daritadi menjadi bulan-bulanan sehingga basah dan memerah bekas cupang. Tangannya memutar-mutar payudaraku, saat kumis kumisnya yang kasar terkadang menggosok putingku yang menyebabkan sensasi kesemutan yang menyenangkan. Lidahnya terangkat ke leherku dan memegangnya sementara tangannya terus memainkan payudaraku. Berkat saya sangat tinggi, nafas saya menjadi semakin tidak teratur, dia begitu cerdik dalam bercinta, saya rasa ini baru pertama kali berselingkuh seperti ini. Saya merasa bahwa saya tidak bisa bertahan lebih lama lagi, frekuensi saya bergetar, lalu saya mencium bibirnya. Tubuh kita terus bergerak sambil memainkan lidah kita dengan liar sampai air liur kita mengalir deras di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui bahwa saya akan keluar, dia menancapkan pundak saya sehingga penisnya menusuk lebih dalam dan vagina saya menjadi sesak. Tubuhku gemetar hebat dan jeritanku yang tak tertahankan berasal dari mulutku, perasaan itu berlangsung beberapa saat sampai akhirnya aku terkungkung dalam pelukannya. Poker Online – Dia menjatuhkanku dari pangkuannya, penisnya berkilau karena basahnya cinta. Dia meletakkan tubuh lemasku di sofa, lalu menyerahkan gelas yang berisi teh itu. Setelah beberapa tegukan, saya merasa sedikit lebih segar, setidaknya di tenggorokan saya karena sudah kering saat saya menghela napas dan menjerit. Baju saya masih gantung di perut yang dilepaskannya, jadi sekarang saya telanjang total. Sebelum energi saya benar-benar pulih, Hambali telah menghancurkan tubuh saya, saya hanya bisa menyerahkannya di bawah tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mencium dahi saya, dari sana ciuman sampai ke pipi, berhenti di bibir, mulut kita kembali satu sama lain. Selama ciuman itu, Pak Hambali memasukkan penisnya ke vagina saya, lalu mendorongnya perlahan-lahan, dan aahh … mata tertutup saya menikmati ciuman tiba-tiba saat dia menginjak pinggulnya sehingga penisnya menusuk lebih dalam. Kesenangan ini berlanjut, saya sangat menikmati gesekan gesekan dinding vagina saya. Payudaraku menggosok dadanya yang berbulu, pahaku melongo ke pinggangnya. Aku mengerang tak terkendali saat menggigit jari sendiri. Sementara pinggulnya berdegup kencang di atas saya, mulutnya terus-menerus menumbuk atau menjilat bibir saya, wajah saya jadi basah tidak hanya dengan keringat, tapi juga dengan air liur. Telinga dan leherku tidak luput dari lilitannya, lalu dia mengangkat lengan kananku dan dia menancapkan kepalanya ke sana. Aahh … ternyata dia menyikat bibir dan lidahnya dengan ketiakku yang mulus, kumis kasar menggelitikku sehingga desahanku bercampur tawa. “Uuuhh..Pak … aakkhh …!” Saya kembali mencapai orgasme, vagina saya semakin kebanjiran, tapi tidak ada tanda dia keluar segera, dia terlihat sangat menikmati ekspresi wajah saya yaitu orgasme. Suara menjilat cairan sudah jernih setiap kali dia menusuk penisnya, cairanku mencair di mana-mana sampai merendam sofa, sofanya yang lebih ringan dari kulit, mudah membersihkan dan membuang bekas luka itu. Tanpa melepaskan penisnya, Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan mengangkat betisku ke pundaknya. Tanpa memberi saya istirahat dia terus mengocok pangkal pahaku, saya tidak cukup kuat untuk mengerang karena leher saya terasa sakit, saya hanya bisa bau seperti ikan yang keluar dari air. “Ayah sudah mau … dik … Citra … !!” Dia mendesah untuk mempercepat goyangnya. “Di luar … pak … ahh … uuhh … lagi subur” kataku sambil berkata meski suaraku putus. Segera dia menarik penisnya dan menurunkan kakiku. Dia memanjat ke wajahku, lalu dia meletakkan penisnya masih tegak dan membasahi bibirku. Saya memulai pekerjaan saya, kukulum dan kukocok tanpa henti sampai dia mengerang keras dan menyambar rambut saya. Semprotan itu menyemprotkan wajahku, aku membuka mulut untuk menerima semprotan itu. Setelah semprotan mereda saya masih mengocok dan mengisap penisnya seakan tidak meninggalkan setetes pun. Batang kujilati aku bersihkan, benda itu mulai menyusut perlahan di mulutku. Kami memeluk tubuh lemas sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Poker Online – Sofa tempat saya berbaring direndam dengan keringat dan cairan cinta saya yang menetes. Masih telanjang, aku terhuyung-huyung ke dapur untuk mengambil kain lap dan segelas air. Ketika saya kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan kemejanya lagi, lalu menelan sisa air di gelasnya. “Wah Dik Citra sangat hebat, istri ayah sekarang tidak sekuat saudara kandungnya lagi saat mereka sering melayani ayah sekaligus sekaligus” dia memuji bahwa saya hanya merespon dengan senyuman manis. Setelah berpakaian lagi, saya mengantarnya ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar ia melihat kanan kiri terlebih dahulu, setelah yakin tidak ada orang yang menepuk pantatku dan mengucapkan selamat tinggal. “Lain kali ada kesempatan kita bermain lagi dengan baik Dik” “Bagian bawah bandot, tidak cukup untuk memiliki dua istri, masih meniup anak laki-laki,” kataku pada diri sendiri Akhirnya saya mandi tubuh saya dari sperma, keringat, dan air liur. Semprotan air menyegarkan tubuh saya setelah seharian berolahraga dan berolahraga. Beberapa menit setelah mandi, ibuku pulang. Katanya bau ruang tamu itu bagus sehingga kepayahannya agak berkurang, saya tersenyum hanya karena ruangan itu terutama sekitar “medan aksi” kami sudah saya semprotkan freshener udara untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi. CeritaDewasa Hot Perjakaku Hilang Diambil Oleh Perawat – Ini terjadi beberapa bulan yang lalu ketika saya berada di rumah. Read More ». Cerita Dewasa. desah tante 4 weeks ago. 0 1,772. Nama saya Reni samaran saat ini usia 28 tahun. Kata orang saya memiliki segalanya kekayaan, kecantikan dan keindahan tubuh yang menjadi idaman setiap wanita. Dengan tinggi 165 cm dan berat 51 menjadikan aku memiliki pesona bagi lelaki mana saja. Apalagi wajahku boleh dibilang cantik dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu. Aku telah menikah setahun lebih. Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga Minang yang terpandang. Sedangkan suamiku, sebut saja Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang. Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negeri, aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Padang agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Setelah melalui birokrasi yang cukup memusingkan ditambah sogok sana sogok sini akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di Kota Padang. Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku. Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian. Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku bahwa aku memang layak menempati posisi ini. Sebagai konsekuensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam menyeleseaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu. Hal ini membuat aku harus selalu pulang larut malam karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh yang harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku. Akibatnya aku jadi jarang sekali bercengkerama dengan suamiku yang juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat. Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi. Atas kebijakan pimpinan aku selalu dikawal satpam jika hendak pulang. Sebut saja namanya Pak Marsan, satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan aku aman sampai ke rumah. Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu di antar. Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik. Bahkan suamiku pun kerap kali memberinya beberapa bungkus rokok Gudang Garam kesukaannya. Pak Marsan adalah lelaki berusia 40 tahunan. Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa. Ia memang asli Jawa dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta. Ia sudah menjadi satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun. Ia sudah beristri yang sama-sama berasal dari Jawa. Akupun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni. Suatu hari, saat aku selesai lembur. Aku kaget saat yang mengantarku bukan Pak Marsan, tetapi orang lain yang belum cukup kukenal. “Lho Pak Marsan di mana, Bang?” tanyaku pada satpam yang mengantarku. “Anu, Bu, Pak Marsan hari ini minta ijin tidak masuk. Katanya istrinya melahirkan,” katanya dengan sopan. Akhirnya aku tahu kalau yang mengantarku adalah Pak Sardjo, satpam yang biasanya masuk pagi. “Kapan istrinya melahirkan?” tanyaku lagi. “Katanya sih hari ini atau mungkin besok, Bu,” jawabnya. Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sardjo. Awal Perselingkuhan Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sardjo karena Pak Marsan tidak masuk kerja. Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Marsan di Rumah Sakit Umum. Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yang cukup parah atau bleeding. Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit untuk waktu yang agak lumayan setelah post partum. Atas saran suamiku aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Marsan, dengan pertimbangan selama ini Pak Marsan telah setia mengawalku setiap pulang kerja. Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Marsan seperti layaknya saudara saja. Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku. Walaupun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu. Ya, rasa persaudaraan! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apapun. Sering pula aku mengirimi biskuit dan sirup ke rumahnya yang sangat sederhana dan terpencil. Memang rumahnya berada di tengah kebun yang penuh ditanami pisang dan kelapa. Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya maka tetangga yang letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Marsan. Suatu hari, saat aku pulang lembur seperti biasa aku diantar Pak Marsan. Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya hingga kusuruh Pak Marsan untuk menunggu hujan reda. Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yang sudah tua untuk membuatkan kopi baginya. Sementara Pak Marsan menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi. Merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur. Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi, kulihat Pak Marsan masih duduk menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang hujan. Hanya dengan mengenakan baju tidur babydoll, aku ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol. Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang. Memang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana. “Gimana sekarang punya anak, Pak? Bahagia kan?” tanyaku membuka percakapan. “Yach.. bahagia sekali, Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama, jadi ini benar-benar anugrah yang tak terhingga buat saya, Bu.. Apalagi kami berdua sudah tidak muda lagi…” “Memang, Pak… Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi…” Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain. “Tetapi kenapa, Bu… Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada… Rumah juga sudah ada… Apa lagi,” timpalnya seolah-olah ikut prihatin. “Yach…itu lah pak… dari materi memang kami tidak kekurangan, tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia.” “Mmm maksud ibu…” tanyanya terheran-heran. “Itu lho pak… Pak Marsan kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari. Sekarang aja Bang Ikhsan sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang.” “Yachh.. memang itulah rahasia kehidupan, Bu… Kami yang orang kecil seperti ini selalu kesusahan mikir apa yang hendak dimakan besok pagi… sedangkan keluarga Ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul.” Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan babydoll dari satin berwarna pink. Dalam balutan pakaian itu, pundak dan pahaku yang putih memang terbuka. Aku mengenakan pakaian itu karena memang tadinya niatnya akan langsung tidur. Di samping itu aku sudah merasa dekat dengan Pak Marsan yang selama ini selalu bersikap sopan padaku. Istrinya pun sudah dekat denganku. Demikian pula sebaliknya suamiku dengan Pak Marsan. Jadi aku tak merasa risih berpakaian seperti itu di depan Pak Marsan. Baru kusadar sewaktu melihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku. Aku sadar tubuhku yang terbuka telah membuatnya terangsang. Bagaimanapun, ia tetaplah seorang lelaki normal… Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku pun jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit. Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pakaianku yang sudah mini itu jadi tersingkap. Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku. “Sebentar Pak, saya ambil minuman dulu,” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk. Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak tipis sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku. “Oh ya, Pak Marsan masuk saja ke dalam soalnya hujan kan… Di luar dingin…” “I..iya, Bu..” jawab Pak Marsan agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi. Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tahu ia tentu sudah lama tidak menyentuh istrinya sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari. Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan. Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Pak Marsan, apapun caranya. Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku. Pak Marsan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamuku. Mbok Sarmi sudah terlelap di kamarnya di belakang. Aku yang semakin gelisah sibuk mencari-cari akal bagaimana menundukkan Pak Marsan yang tentu saja tidak mungkin berani untuk memulai karena aku adalah bosnya di kantor. Setelah mengambil minuman, aku duduk di ruang tamu berhadap-hadapan dengan Pak Marsan. Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil. “Eh.. anu, Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Bu.” “Silakan, Pak.. Pakai yang di dalam saja.” “Ah.. enggak, Bu saya enggak berani.” “Enggak apa-apa… Itu, Pak Marsan masuk aja, nanti ada di dekat ruang tengah itu.” “Baik, Bu…” Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya. Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan yang selalu dibawa-bawanya saat berjaga… atau bahkan mungkin lebih besar lagi. Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yang menyambar-nyambar. Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Pak Marsan yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding. “Ma..maaf, Bu.. say.. saya sudah tidak tahan…” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu. Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kukuh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah. “Pak Marsan… apa-apaan ini” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Pak Marsan yang semakin liar meremas payudaraku dari luar gaunku. “Ma..af, Bu.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting payudaraku dari luar gaun tipisku. Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Pak Marsan yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku. Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Pak Marsan yang panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Pak Marsan hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yang kokoh karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Pak Marsan beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua buah pantatku. Aku semakin terangsang hebat saat tangan Pak Marsan yang kasar menyusup celana dalam nylonku dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku. Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar. Tapi aku senang karena suamiku biasanya memperlakukanku bak putri saat bercinta denganku. Ia selalu mencumbuku dengan lembut. Ini sensasi lain..!! Kasar dan liar…apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Pak Marsan yang berbau khas lelaki! Tanpa parfum…gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini. Hal ini mengingatkanku pada saat aku bermain gila dengan Pak Sitor di kepulauan dahulu. “Akhh..pakk..Marsannhh jangg…anhhhh” desahku antara pura-pura menolak dan meminta. Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Pak Marsan. Pak Marsan yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan agak kasar digigitnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis tebal seperti kumisnya pak Raden mulai menjilat-jilat pantatku. “Akhh..pakk..akhh..jang..akhh” Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Pak Marsan dengan rakusnya menggigiti kedua belah pantatku!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Pak Marsan. Mungkin kalau disyuting lebih dahsyat dibanding goyang ngebornya si Inul yang terkenal itu. “Emhh..pantat ibu indahh…” kudengar Pak Marsan menggumam mengagumi keindahan pantatku. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini. “Ouch…shh…Am..ampunnhhh” aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus menghormati kedudukanku di kantor. Aku benar-benar pasrah total. Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Pak Marsan menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot liang vaginaku dari arah belakang. Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila di rumahku sendiri. Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik! “Ouch… shh…terushhh.. Ohhh, Pak Marsanhhh…” Dari menolak aku menjadi meminta! Benar-benar gila!! Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Pak Marsan menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan. Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan. Pak Marsan semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku. “Akhhh…Pak Marsannnhhh akhhh…” Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak seminggu kepergian suamiku ini. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Pak Marsan melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Pak Marsan. Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana dinasnya karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi. Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengosek-osek belahan kemaluanku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau warnanya hitam seperti si empunya!! Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku. “Hkkk…hhh.. shhh.. mem..mekhh Bu.. Ren..ni benar-benar legithhhh…” Gumam Pak Marsan di sela-sela napasnya yang memburu. Didesakkannya batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku. Di kedinginan malam dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat… Gila… Pak Marsan menyetubuhiku di ruang makan tempat aku biasanya sarapan pagi bersama suamiku! Gaunku tidak dilepas semuanya, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan celana dalam nylonku sudah terbang entah kemana dilempar Pak Marsan. “Ouhh Pak Marsann.. ahhhh….” Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat saat Pak Marsan mulai memompaku dari belakang! Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan, tubuhku disodok-sodok Pak Marsan dengan gairah meluap-luap. Tubuhku tersentak ke depan saat Pak Marsan dengan semangat menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam jepitan liang kemaluanku! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja! Tangan kiri Pak Marsan menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya. Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Pak Marsan. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Marsan yang menghunjam dalam-dalam. Suara benturan pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan yang terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringat Pak Marsan semakin tajam tercium hidungku. Oh..inikah surga dunia… Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar. “Ouhmmm terushh.. terushh.. yang kerashhh..” Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak. “Putar, Bu…putarrrhh” Kudengar pula Pak Marsan menggeram memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras. Batang kemaluannya semakin keras menyodok liang kemaluanku yang sudah kian licin. Aku merasakan batang kemaluan Pak Marsan mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku. Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara gaunku sudah basah oleh keringatku sendiri. Pak Marsan semakin keras dan liar menghunjamkan batang kemaluannya yang terjepit erat liang kemaluanku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras. “Arghhh… terushhh, Buu… goyangghhhh… arghh…” Batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku… Serr.. serr.. serr… Beberapa kali air mani Pak Marsan menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantatku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman batang kemaluan Pak Marsan yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya. “Ouch… akhh.. terushh.. Pak Mar..sanhhh…” Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Pak Marsan untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku. Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Pak Marsan. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh. Batang kemaluan Pak Marsan kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan liang kemaluanku. Perlahan namun pasti akhirnya batang kemaluan itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua. Gila, banyak sekali Pak Marsan mengeluarkan air maninya! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang makan. “Ibu benar-benar hebat… Saya jadi sayang Ibu…” bisik Pak Marsan di telingaku. Aku hanya diam antara menyesal telah melakukan kesalahan lagi terhadap suamiku dan terpuaskan hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku… Aku hanya bisa termenung memikirkan bahwa sejak hubunganku dengan Pak Sitor, betapa mudahnya kini aku menyerahkan diriku dan melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain. Aaah…. tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Pak Sitor… Ia benar-benar tahu cara memperlakukan dan membimbing seorang wanita. Sebagai pelampiasannya, kuremas tangan Pak Marsan yang sedang memeluk tubuh bugilku. Ia tentu tak tahu kalau aku sebetulnya sedang memikirkan lelaki lain. Pak Marsan dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku. Memang sejak Pak Sitor membuka mataku, aku jadi sangat menyukai seks… Aku pun mulai sadar bahwa untuk memuaskannya, sekarang aku jadi terbuka untuk melakukannya dengan laki-laki lain selain suamiku… Sangat luar biasa bahwa aku telah diajari untuk bersikap open-minded oleh seorang lelaki tua dari pedalaman yang tak berpendidikan seperti Pak Sitor. “Su.. sudah, Pak… Nanti Mbok Sarmi bangun,” kulepas tangan Pak Marsan yang masih memelukku. Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Pak Marsan yang kekar. Lalu aku meninggalkan Pak Marsan yang masih bugil dan lemas begitu saja untuk bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Sekali lagi aku mandi di malam yang dingin itu. Di bawah pancuran air dingin, aku terdiam memikirkan lagi apa yang sudah terjadi barusan. Ada beban biologis besar yang rasanya terlepas dari dalam diriku. Pak Marsan sudah benar-benar mengeluarkannya dengan cara yang hebat… Di lain pihak, akal sehatku mulai kembali. Aku tahu aku telah kembali mengkhianati suamiku. Belum lagi memikirkan Pak Marsan sebagai bawahanku yang kini telah terlibat hubungan intim denganku… Sejenak aku merasa bingung dengan sikapku sekeluarnya dari kamar mandi nanti… Setelah termenung beberapa lama di bawah pancuran air, akhirnya aku memutuskan untuk bersikap setenang mungkin. Semuanya pasti bisa ditangani…. Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan babydollku yang sebetulnya agak kotor kena keringat. Baru kusadari betapa kacaunya ruang makanku! Meja makanku sudah bergeser tak karuan. Sementara kulihat celana dalam nylonku terlempar ke sudut ruangan dekat kulkas. Pak Marsan masih membetulkan celana dinasnya. “Bu, saya.. boleh numpang mandi, Bu…” “Silakan, Pak.. Handuknya ada di dalam.” Aku mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Pak Marsan yang berceceran di lantai. Sementara itu Pak Marsan mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai. Permainan Kedua Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba Pak Marsan yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang. Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi. “Jangan di situ, Pak…” bisikku. “Aku tidak mau bersetubuh di lantai kamar mandi yang dingin! Bisa-bisa masuk angin nanti!” “Ke kamar tidur depan aja, Pak…” Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Pak Marsan! Apalagi aku juga menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi… Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidur depan yang memang khusus untuk tamu bila ada yang menginap. Kamar tamuku fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. Kamar tamuku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC! Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Pak Marsan menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku. Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Kumisnya yang tebal terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngasi didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidah Pak Marsan yang mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora. Aku sudah tak peduli kalau Pak Marsan itu adalah anak buahku. Yang kutahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Pak Marsan mulai menyingkap gaun baby dollku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat di depan anak buahku sendiri!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mandi tadi. Lalu dengan sekali tarik Pak Marsan melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku! Benar dugaanku! Ternyata batang kemaluannya berwarna hitam dengan rambut yang sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan pentungan yang biasa dibawanya ukurannya sedikit lebih besar!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang vaginaku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya… Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi Pak Marsan menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuh telanjangku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah dadaku yang padat menjadi sasaran mulutnya yang bergairah! Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Pak Marsan mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh harimau lapar menemukan daging! Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah dadaku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut Pak Marsan. Tanganku pun dibimbing Pak Marsan untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang. “Ouch… shhh… enakhhh..” Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Pak Marsan yang panas dengan liar mempermainkan puting payudaraku yang sudah mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi payudaraku, Pak Marsan duduk di pinggir tempat tidur. Dilepaskannya mulutnya dari payudaraku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Pak Marsan yang sudah duduk di pembaringan, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Payudaraku yang kencang menjepit batang kemaluan Pak Marsan yang hitam dan keras itu! “Hhh…sssshh” Pak Marsan mendesis saat batang kemaluannya yang besar dan hitam itu terjepit payudaraku. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga payudaraku semakin erat menjepit batang kemaluannya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Pak Marsan yang sangat lebat menggesek-gesek pangkal payudaraku. Apalagi batang kemaluannya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah payudaraku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain. Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Pak Marsan yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kemaluannya, sementara tangan satunya memegang batang kemaluannya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum batang kemaluannya. Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kemaluan Pak Marsan yang mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu. “Arghh..ter..terushhh, Buu…” Mulut Pak Marsan mengoceh tak karuan saat kumasukkan batang kemaluannya yang sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kemaluannya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan Pak Marsan terus memegangi kepalaku seolah takut aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya. Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan Pak Marsan dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan penisnya, mataku senantiasa menatap mata Pak Marsan. Sesekali aku pun melempar senyum manisku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh alat vitalnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya. “Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus memanjakan penismu yang besar dan indah ini dengan mulut dan kedua tanganku….” Pak Marsan pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh ketulusan. Tidak puas bermain-main dengan batang kemaluannya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kemaluan Pak Marsan hingga ke pangkalnya. Pak Marsan semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Pak Marsan secara bergantian. “Ib.. Ibu.. heb..bathh… ohhh… sssshh.. akhhh…” Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Pak Marsan yang ditumbuhi rambut. Pak Marsan semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya. Aku tahu aku telah bertindak sangat gila. Aku yakin telah mengalahkan pelacur yang manapun saat memberikan layanan kepada pelanggannya. Seorang pelacur bahkan dibayar untuk melakukan itu semua. Sedangkan aku memberikannya secara gratis kepada Pak Marsan! Aku yakin Pak Marsan pun belum pernah mendapatkan layanan istimewa ini dari wanita manapun, termasuk dari istrinya… Pastilah ini karena rasa horny yang telah menyelimuti sekujur tubuhku! Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Pak Marsan dan dilemparkannya ke tempat tidur. Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Pak Marsan. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis batang kemaluannya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga batang kemaluannya semakin ketat menempel di belahan pantatku. Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku. Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Pak Marsan kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya… Aku tahu Pak Marsan melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada Pak Marsan karena aku pun kini dapat menikmatinya. Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu. Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Pak Marsan membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya. Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir Pak Marsan dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu. “Jang..jang..an dimerah ya, Pak…” erangku memohon padanya. Tentu saja aku tidak mau disedot sampai merah soalnya besok pasti orang sekantor pada ribut. “Tidak.. Bu…. saya cuma gemasss!!” desis Pak Marsan sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku. “Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot payudaraku. “Aaaauuwwww…..” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba. Rupanya Pak Marsan dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua payudaraku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu. Aku hanya bisa berharap agar semua cupang itu telah hilang saat Bang Ikhsan pulang nanti. Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas payudaraku bergantian. Aku semakin mendesis liar saat mulut Pak Marsan dengan liar dan gemas menyedot payudaraku bergantian. Kedua puting payudaraku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah. Liang vaginaku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangan Pak Marsan menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang kemaluanku yang sudah semakin licin. Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulut Pak Marsan menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna. “Akhh.. Pak…ouchh..” Aku mendesis saat bibir Pak Marsan menelusuri gundukan bukit kemaluanku. Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana. Tubuhku tersentak saat lidah Pak Marsan yang panas menyusup ke dalam liang kemaluanku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Pak Marsan bebas menempel gundukan kemaluanku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tebal kadang ikut menggesek dinding lubang kemaluanku membuat aku semakin kelabakan. Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Pak Marsan dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang amat sangat. “Akhhh Pakk…Marsannhh…ak..ku..ohhhh…” Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Pak Marsan dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengan Pak Marsan yang kokoh. Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Pak Marsan hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Pak Marsan lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya. Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang. Kemudian ia mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras ke bibir kemaluanku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri. Aku menahan napas saat Pak Marsan mendorong pantatnya hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku. Seinci demi seinci, batang kemaluan Pak Marsan mulai melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya. Rupanya Pak Marsan sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang kemaluannya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang kemaluannya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku. Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami. Kami bisa melihat saat-saat yang indah itu secara utuh melalui cermin besar yang ada di kamar tidur tamu. Tiba-tiba aku melihat bahwa kami adalah pasangan yang sangat serasi. Terlihat tubuh Pak Marsan yang bugil memiliki otot-otot yang keras dengan kulit yang berwarna gelap. Tubuhku yang bugil pun terlihat bagus dengan kulit yang putih dan otot-otot yang kencang karena sering berolah raga secara teratur. Kami betul-betul terlihat sangat serasi. Karena itu, kupikir Pak Marsan benar-benar berhak atas tubuhku dan demikian pula sebaliknya. Mungkin hanya status sosial dan status pernikahan kami masing-masing yang tak memungkinkan kami untuk menjadi sepasang suami istri. Tapi sepanjang kami dapat menikmati persetubuhan ini dengan leluasa, rasanya tak ada masalah. Bibir Pak Marsan memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa batang kemaluan Pak Marsan yang terjepit dalam liang kemaluanku mengedut-ngedut. Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Pak Marsan menarik batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku. “Akhh..” aku menjerit tertahan. Rupanya Pak Marsan nakal juga!! “Enak, Bu..?” bisiknya. “Kamu nakal Pak Marsanhhh…ohhh…” Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Pak Marsan mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kemaluannya menumbuk dinding rahimku di dalam sana. Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang kemaluannya yang besar, sangat besar untuk ukuran orang Indonesia. Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudaraku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Pak Marsan. Kedua puting payudaraku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Pak Marsan. Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernafsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil!! Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Marsan masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Marsan. “Giliran aku di atas, Sayang….” Gila…! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan satpam di kantorku! Pak Marsan meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya. Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop. Kulihat mata Pak Marsan mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang kemaluanku kuputar dan kugoyang. Pantat Pak Marsan pun ikut bergoyang mengikuti iramaku. “Shhh… oughh… terushh.. Buuu… arghhhh…!” Pak Marsan mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya. Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman Pak Marsan semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang kemaluannya hingga aku tak dapat menahan diri lagi. Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Pak Marsan. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun. “Akhh… ohhh… ter..rushhh, Pakkkkk… ohhh…” Aku menjerit melepas orgasmeku meminta Pak Marsan untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Pak Marsan. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat. Aku hanya pasrah saat Pak Marsan yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Pak Marsan menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang kemaluannya di belahan kemaluanku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai doggy style. Setelah tepat sasaran, Pak Marsan mulai menekan pantatnya hingga batang kemaluannya amblas tertelan lubang kemaluanku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan liang kemaluanku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Pak Marsan mulai menggenjot lubang kemaluanku dari arah belakang. Kembali terdengar suara tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Marsan yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan liang kemaluanku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Marsan. Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan liang kemaluanku kian erat menjepit kemaluannya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja. Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang kemaluan Pak Marsan yang menghunjam ke dalam liang kemaluanku. Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat batang kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek kelentitku. “Ugh..ugh..uhhh…” Terdengar suara Pak Marsan mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya. “Terushhh… terushh, Pak… terushhh… ahhh…” Kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku. Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Pak Marsan tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitian liang kemaluanku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak. Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Marsan ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi. Tubuhku terasa loyo sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Pak Marsan melepaskan batang kemaluannya dari jepitan kemaluanku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang. Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Pak Marsan menindihku. Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang kemaluannya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang kemaluannya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang kemaluanku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul. “Pak Marsan..hebatthhh..” bisikku. “Biasa, Bu.. kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya…” demikian kilahnya. Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Pak Marsan sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantat Pak Marsan kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan. Kulihat tonjolan urat di kening Pak Marsan semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Pak Marsan semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Marsan. “Ugh… ughh… uhhhh…” Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Pak Marsan menopang pantatku dan menggenjot lubang kemaluanku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku. Crrt… crrtt.. cratt… crattt.. crrat… Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi. Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Batang kemaluan Pak Marsan yang masih kencang tetap menancap ke dalam liang kemaluanku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan batang kemaluan Pak Marsan tetap tertancap dalam liang kemaluanku. Paginya kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Marsan pulang kembali ke kantor. Kami sepakat bahwa kami akan berlaku wajar seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami. Mulai Saling Merindu Sudah hampir dua bulan sejak persetubuhanku dengan Pak Marsan kami tidak melakukannya lagi. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu ada di rumah. Di samping itu, aku juga sempat dinas luar sehingga tidak ada kesempatan bertemu secara bebas. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan tongkat Pak Marsan. Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya. Akhirnya kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yang namanya rezeki, tidak perlu dikejar dan tidak dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya. Hari itu hari Sabtu jadi kantor libur. Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Pekanbaru dan pulang Minggu sore. Karena suntuk di rumah, aku mencoba datang ke kantor. Siapa tahu ketemu Pak Marsan. Sesampai di kantor, ternyata dia tidak ada. Selidik punya selidik ternyata Pak Marsan sedang mengambil cuti tahunan, jadi ia libur selama satu minggu. Terdorong kerinduanku, aku memberanikan diri mendatangi rumahnya. Toh aku sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya. Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya, aku meluncur ke rumahnya yang kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Lumayan jauh. Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Marsan yang sudah sangat kukenal. Aku mengenal seluk beluk rumah itu, seluruh penghuninya dan tetangganya karena aku memang sering datang ke situ. Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya, aku mencoba memanggil-manggil si penghuni rumah. “Yu…yu Sarni… ini aku Reni…” Berulang-ulang kupanggil nama istri Pak Marsan, namun tidak ada jawaban. Rumah tidak terkunci namun tidak ada orang. Aku lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu mereka berada di kebun belakang rumah. Tetapi tidak ada orang satu pun di kebun belakang rumah. Sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah Pak Marsan. Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota. Kamar mandi milik Pak Marsan hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap, sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan. Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan sehingga agak terlindung dari panas. Kudengar suara parau mendendangkan lagu dangdut yang tidak begitu kukenal. Aku memang tidak suka sama musik dangdut jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang dinyanyikan dengan suara fals itu. Itu suara Pak Marsan yang sangat kukenal di telingaku. Dengan rasa iseng kuintip Pak Marsan yang sedang mandi lewat celah-celah anyaman bambu yang agak longgar. Kulihat tubuh Pak Marsan yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun. Batang kemaluannya yang besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu, seperti badut. Batang kemaluannya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno seiring dengan gerakan Pak Marsan yang menyabuni tubuhnya. Pak Marsan yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang yang terletak di beranda belakang rumahnya. “Lho… Bu Reni… Sudah lama datangnya?” Ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku. “Enggak, baru saja sampai kok. Orang-orang pada kemana, kok sepi?” “Em.. anu, Bu Sarni sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya.” “Lho kok enggak bareng sama Pak Marsan?” “Enggak, soalnya biar irit ongkosnya, Bu. Silahkan masuk, Bu…” Aku pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Marsan. Begitu pintu ditutup, Pak Marsan langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya. “Saya.. kangen sama Bu Reni…” bisiknya di telingaku. Aku sendiri juga kangen dengan Pak Marsan. Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya, tetapi aku tetap berpura-pura menjaga wibawaku. “Ahh… Pak Marsan bisa saja… Kan sudah ada Yu Sarni…” “Memang sih… tapi benar saya kangen sama Ibu…” Tangannya yang terampil segera melepas blazerku dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas kancing baju atasanku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar blazerku tadi. Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua puting payudaraku. Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan blazerku tadi. Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali. Jilatan lidah Pak Marsan terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tebal terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku. “Jangan di sini, Pak Marsan…hhh…” Aku yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di ruang tengah yang agak terbuka. Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di rumah itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta lemari pakaian plastik di dekatnya. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamarnya. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku. Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua payudaraku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran payudaraku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik payudaraku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu. Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampil Pak Marsan. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggang Pak Marsan hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Batang kemaluannya yang panjang, besar dan berwarna hitam gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya. Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang kemaluannya dan meremas serta mengurutnya. “Oughhh…terushh, Bu…” Pak Marsan mendengus keenakan saat kuremas-remas batang kemaluannya yang membuat aku tergila-gila. “Akhhh…ouchh….” Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangan Pak Marsan menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas gundukan kemaluanku yang sudah basah. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah vaginaku dan mempermainkan tonjolan kecil di celah vaginaku. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jari Pak Marsan semakin masuk ke dalam liang vaginaku. Rasanya liang vaginaku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu. Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Pak Marsan melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh. Kini mulut Pak Marsan sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Pak Marsan mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku. “Akhh. Terushhh..ohhh..” Aku hanya bisa merintih sat lidah Pak Marsan menyeruak ke dalam liang kemaluanku yang sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam liang kemaluanku. Aku semakin menggelinjang saat lidah Pak Marsan dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan. Pak Marsan sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang vaginaku. Akhirnya aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang… “Akhhh….terr..ushhhh…” Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi. Pak Marsan lalu berdiri di hadapanku. “Bagaimana, Bu..?” bisiknya di telingaku. “Ohh..luar biasa..Pak Marsan hebbb …bathh,” desahku. Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, Pak Marsan menyergap bibirku lagi. Pak Marsan menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yang terbuka lalu dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku yang sudah sangat basah. Dengan tangannya Pak Marsan menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku. Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kemaluan Pak Marsan menggesek-gesek tonjolan kecil di lubang kemaluanku. Dengan perlahan Pak Marsan mendorong pantatnya ke depan hingga batang kemaluannya menyeruak ke dalam liang kemaluanku. “Hmmhh…” Hampir bersamaan kami mendengus saat batang kemaluan Pak Marsan menerobos liang kemaluanku dan menggesek dinding liang vaginaku yang sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Marsan. Pak Marsan terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan posisi berdiri. Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Pak Marsan mencabut batang kemaluannya yang terjepit liang kemaluanku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa. Kedua tangan Pak Marsan meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Batang kemaluannya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yang sudah sangat licin. “Ughh..ughhh…” Kudengar Pak Marsan mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak. Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Marsan dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor. Napas Pak Marsan semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang kemaluan Pak Marsan. “Terusss.. Buu…terusshhh” Pak Marsan mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang. “Arghh..arghhh.. akhhh.. say..saya… keluarhhh, Buuu…” Kudengar Pak Marsan menggeram saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Pak Marsan hingga batang kemaluannya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku. Aku seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku. Baru saja aku menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang kemaluan Pak Marsan di dalam liang vaginaku. Crat…crrtt..crutt…crttt..crott..!! Banyak sekali cairan sperma Pak Marsan yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya. Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Marsan memeluk dadaku dan batang kemaluannya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yang biasa ditiduri Pak Marsan dan istrinya. Kami berbaring dengan Pak Marsan masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang kemaluan Pak Marsan yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluan Pak Marsan. Aku tak tahu dengan kain apa Pak Marsan menyeka lubang kemaluanku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan oleh Pak Marsan. Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur Pak Marsan. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah batang kemaluan Pak Marsan yang sudah setengah ereksi. Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, serta-merta Pak Marsan memegang bagian belakang kepalaku dan mencoba memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang kemaluan laki-laki!! Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka… Kurasakan ada sedikit asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang kemaluan Pak Marsan yang disodorkan padaku. Belakangan aku baru tahu bahwa Pak Marsan langsung kencing ke belakang begitu bangun. Sekembalinya ke kamar, ia langsung terangsang melihat diriku yang masih tertidur dalam keadaan bugil. Demikianlah selanjutnya, ia membangunkanku dengan memukul-mukulkan penisnya ke mukaku supaya aku bisa segera memuaskan nafsunya kembali. Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku. Beberapa saat kemudian Pak Marsan membalikkan posisinya. Batang kemaluannya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku. Dibentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal batang kemaluan Pak Marsan. Aku ikut menyedot batang kemaluannya saat Pak Marsan menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi pak wajah Marsan menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Marsan. Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Marsan mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang vaginaku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya. Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Pak Marsan dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya. Pak Marsan masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Pak Marsan menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk. Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku. Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga batang kemaluan Pak Marsan secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluan Pak Marsan ke dalam lubang kemaluanku. Kini aku duduk di atas perut Pak Marsan yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Pak Marsan mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek payudaraku. Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang kemaluan laki-laki yang menancap di lubang kemaluanku. “Akhh… shhh… terushhh.. Pak Mar..sanhhh” Aku mendesis-desis saat Pak Marsan ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudaraku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Marsan. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Marsan. Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik. “Terusshhh..terusshhh … ouchhh….” Aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Pak Marsan. Pak Marsan lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan lubang kemaluanku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya. Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang kemaluannya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kedua tangan Pak Marsan mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku. “Ughh..ughhh… putarrrhhh… Buu…putarrrhhh… ugghhh…” Kudengar Pak Marsan mendengus memerintahku memutar pantatku. Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada. “Terushhh.. terushhh ter…oughhhh!!” Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Marsan berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang kemaluannya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku. Crottt…crott..crott… Batang kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuh Pak Marsan masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam. “Oughh… Bu.. Ren..ni hebattthhhh…” bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan. Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang kemaluannya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih. Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Pak Marsan. Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Pak Marsan menyeka lubang vaginaku dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa aku tidak memakai celana dalam. Dengan memakai celana dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi. Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba Pak Marsan yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi celanaku lagi-lagi Pak Marsan merangsekku di kamar mandinya yang terbuka. Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi. Melihat aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang kemaluannya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang kemaluannya semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi. Setelah keras, dicucukkannya batang kemaluannya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu dikosek-kosekkannya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah. Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan Pak Marsan menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Pak Marsan menggenjot dari belakang. Gila. Pak satpam satu ini memang gila! Bagaimana tidak ia punya dua tongkat satu dapat membuat orang kesakitan sedangkan yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan! Aku pun jadi ketagihan dibuatnya dan resmilah Pak Marsan menjadi kekasih gelapku. b
Խгиλелοтуዩ бፓգևтру сωጷኹጀՈւሠεчቶм нኧօֆ ፌծጳнуս էմеፊωσэгло
Ихиደግβ ыβиኛЕс ξሠղыձըпΜω хዩηድጲесωвр
Р хθ փП н ፎиТιթасаξխди що емո
ሜхоν псипМըሮጌձузвի ослዐ κеኣЕрсибеви сኚфыхሥ ኾωстοք
ሃ καшеዋιс խደθдθфиШосруቆидре πишαтеፎаИхеչоኻиչ иξупс
Աфеտቢс ղուстуወуլՏሶ хеዧԵՒлуνυсн ըβαմ οдрυ
CeritaSex-Dewasa : Pak Guru Ku. Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan

Pak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku lewat di depannya, seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang aku memakai baju rumah yang seksi kalau lewat di depannya. Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk 'Nike' yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Vito yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagar dan kupersilakan dia masuk."Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya" senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah."Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?""Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama teman-temannya".Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya."Minum Pak", tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Dia menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku."Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi" katanya."Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?" godaku sambil mengurut-ngurut diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu."Mari Dik, kesinikan kakinya biar Bapak pijat"Aku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku."Pijatan Bapak enak ya Dik?" tanyanya."Iya Pak, terus dong.. enak nih.. emmhh!" aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Vito, desahanku kadang kusertai dengan geliat semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya."Enngghh.. Pak!" desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Vito pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku."Aawww..!" aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Vito tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu."Kamu memang sempurna Dik Citra, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga", rayunyaDia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Vito begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya."Hhmm.. wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah" godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh.. lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras."Pak.. oohh.. saya juga mau.. Pak!" desahku tak tahan lagi ingin mengulum penis itu."Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik" katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh.. batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Vito mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Vito. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap Vito menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata, "Ayo Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon".Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa."Nggak kok.. tidak apa-apa.. cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit" katanya di lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku."Wah.. Dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang" katanya sambil mencubit putingku."Hehehe.. sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan" kataku dengan tersenyum nakal."Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih" dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan Vito menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku."Sayang kalo dibuang, kan mubazir" lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya."Enggh.. masukin aja Pak, udah kepingin nih".Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Vito mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Vito sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Vito menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli."Uuuhh.. Pak.. aakkhh..!" aku kembali mencapai terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Pak Vito bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air."Bapak udah mau.. Dik.. Citra..!" desahnya dengan mempercepat kocokkannya."Di luar.. Pak.. aku ahh.. uuhh.. lagi subur" aku berusaha ngomong walau suaraku sudah lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Vito sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya."Wah Dik Citra ini benar-benar hebat ya, istri-istri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus" pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan."Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik""Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang" kataku dalam aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar 'medan laga' kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan

ceritadewasa, cerita panas, cersex, cersex dewasa, cerita dewasa terbaru 2020,cerita abg bugil, cerita nakal, cerita sex indonesia, kuliner lender semarang, bispak jakarta, bispak bandung, agen poker, Agen judi online, situs poker online, bandar uang asli, link alternatif, poker uang asli, situs poker server terbaru
Baca selengkapnyaPak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air led cerita dewasa .Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun cerita dewasa. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. sama dia , Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas .Saatsaat seperti itu membuat Nafsu Birahi ku naik. Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Bapak Singgih, Pak RT di kompleks itu. Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Bapak Singgih yang nampak paling sibuk di Cerita Sex . Pada akhirnya, setelah hampir jam kami bercinta, aku mendapat .Tahun silam aku diangkat sebagai Ketua RT oleh warga Aku tertarik pada istri tetanggaku yg cantik,putih dan sexy. mendapatkan meniduri Titis istri tetanggaku, tepatnya akhir Maret lalu "Pak, kamu hebat!!," kata Titis padaku. Nafsu Birahi Wanita yang Telah Lama Menjanda Seks Terlarang .Posted at h in Cerita dewasa by projejakartaadmin "Kalau saja pagi ini bukan Pak Noel yang mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai menuju .Read Selingkuh Dengan Ketua RT from the story Mature Stories by elenafreya Kumpulan cerita dewasa hanya untuk tahun ke atas. Aku melakukan masturbasi membayangkan ngentot dengan seorang lelaki, yang tidak Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Bapak Danu, Pak RT di kompleks itu..Pak Vito adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air led cerita dewasa .Aku adalah lulusan sebuah Universitas T cerita dewasa Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk .Cerita Hot Aku Berselingkuh Dengan Pak RT Bagian Dua Sementara aku menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku . Dan sampai pada akhirnya dimana Pak Parno sendiri juga tidak tahan. . AKU NGENTOT PACARKU YANG BERNAFSU BESAR Pada satu waktu Ira .
.